Kamis, 19 April 2012

Uniform Mania


Ceritanya berawal pada ketika saya
mulai menginjak SMA, mulai saat itu
saya sangat suka sekali atau
istilahnya terangsang sekali dengan
orang yang berseragam. Saya tidak
tahu kenapa tapi itulah
kenyataannya. Baik itu dengan
sesama teman sekolah, satpam,
orang kantor berdasi, militer atau
bahkan polisi dll.. (asal jangan hansip
saja, he, he, he..)
Semasa remaja saya pun mengalami
seperti remaja remaja ibukota
lainnya yaitu berpacaran dengan
gadis-gadis satu sekolah dan itu
berlanjut sampai saya kuliah. Tapi di
balik rasa suka dengan wanita, tidak
tahu aneh atau apa, saya pun suka
dengan sosok pria, apalagi yang
memakai seragam terutama sosok
polisi yang gagah dengan kemeja
dinasnya, walaupun tidak perlu
berbadan atletis ataupun kekar
seperti binaragawan pada umumnya.
Saya suka yang bersifat kebapakan,
perut agak gendut pun tidak
bermasalah bagi saya. Apalagi
memiliki kumis atau brewok tipis.
Saya tidak tahan
membayangkannya! Sampai
sekarang saya tidak bisa habis
membayangkan kalau saja barang
saya dimainkan oleh (misalnya saja)
seorang polisi yang lengkap sedang
memakai seragam dinasnya. Uaah..
Dan cerita yang akan saya tuliskan
ini benar benar berawal dari Masa
pertemuan saya dengan seorang Om
yang benar-benar membangkitkan
libido saya, begini ceritanya..
Suatu hari di salah satu mall yang
ada di Jakarta, seperti bisaanya
sehabis pekan atau Sabtu, ketika
saya sedang off kerja, saya
menyempatkan diri mampir ke mall
tersebut dengan maksud hanya
berjalan-jalan. Lalu ketika saya
sempat menyantap restoran fast food
yang ada disana plus minum, seperti
bisaa ada keinginan untuk
membuang air kecil di WC yang
letaknya tidak jauh dari situ. Dan
sayapun kesana untuk segera
melakukan itu. Di tengah-tengah
saya sedang membuang air kecil,
tanpa saya sadari ada satu sosok pria
yang juga sedang kencing sedang
memperhatikan saya dan kemaluan
saya. Dan sosok itu tepat berdiri di
samping saya. Dengan rasa ragu dan
takut, ya karena belum pernah
diperlakukan seperti itu sebelumnya,
sayapun tidak berani berlama-lama di
WC tersebut. Setelah mencuci tangan
dan muka, sayapun keluar.
Ternyata dugaan saya benar, pria
tersebut yang lumayan sudah agak
tua (mungkin sekitar 60 tahun
umurnya dan saya pada waktu itu
berumur 20 tahun) mengikuti langkah
saya kemanapun saya pergi.
Akhirnya setelah diikuti beberapa
menit olehnya, sayapun ingin berlari
karena rasa takut mungkin ingin
dirampok atau dipalak dan
semacamnya. Ternyata pria itu tidak
kuat untuk mengejar saya dan
memanggil saya dari kejauhan.
"Dik, tolong saya!", katanya lumayan
kencang.
Saya bingung bercampur heran, lalu
rasa kemanusiaan saya membuat
saya untuk mendekatinya dan
bertanya.
"Kenapa Om ikutin saya terus sih?"
Dengan tanpa rasa basa basi dia
langsung menjawab, "Karena saya
suka kamu!".
Saya bingung hampir tidak percaya.
Lalu dia mengajak saya untuk
berjalan-jalan di mall tersebut
sembari ngobrol kesana kemari, baik
tentang hobi, wanita, olahraga
bahkan games. Sepertinya dia
mengerti segalanya tentang kegiatan
yang ada di dunia ini.
Tidak lama kita berjalan akhirnya dia
berhenti di salah satu toko yang
berukuran lumayan besar. Saya
bingung dan akhirnya dia
mengatakan kalo ini adalah toko
miliknya. Sayapun mengangguk dan
diajak Masuk serta diperkenalkan
dengan semua anak buahnya yang
ada di tokonya tersebut. Diapun
menyuruh saya duduk di bagian
dalam dan dia mengambil sepasang
gelas berisikan air putih. Diapun
duduk di samping saya dan kembali
bercerita kalau dia sudah berkeluarga
dan mempunyai anak. Saya pun
bingung dan bertanya mengapa
kalau sudah punya keluarga apalagi
anak, kok menyukai saya.
Diapun tersenyum dan menjawab,
"Siapa yang suka kamu?".
Hening sesaat dan kembali
menyambung pembicaraannya, "Saya
suka kontol kamu!"
Bagaikan disambar petir saya kaget
dan diapun tau akan reaksi saya dan
kembali berbicara.
"Tenang, dulu sayapun begitu, tapi
setelah bertambahnya umur saya
menyadari kalau diri saya biseks,
suka wanita, juga suka pria, seperti
kamu!".
Saya bingung dan kembali bertanya
bahwa tahu darimana dia tentang diri
saya karena ini baru pertama kalinya
kami bertemu.
Dia kembali menjawab, "Saya bisa
melihat orang dari fisiknya apalagi
matanya, gak mungkin bohong!"
Sayapun menunduk malu dan
berkata, "Iya Om, tapi sumpah
sampai detik ini saya belum pernah
sekalipun bermain apalagi bercinta
dengan wanita apalagi pria, takut
kena penyakit".
Dia pun tertawa mendengarnya.
Dan dia menyambung, "Besok jam 8
pagi tepat datanglah kemari, Om
akan tunggu kamu di sini."
"Saya akan membuatmu merasakan
nikmatnya surga dunia!" Sayapun
mengangguk tanda setuju dan
setelah beberapa menit kita
mengobrol sayapun pamit untuk
pulang.
"Tepat jam 8 pagi? Apa sudah buka
mall sepagi itu?", pikirku.
Ah tanpa banyak pikiran, saya pun
melacu kencang motor saya untuk
sampai di mall tersebut. Setelah
memarkir motor yang memang Masih
benar-benar sepi di perparkiran itu.
Saya beranjak turun dan Masuk dari
pintu Masuk yang memang Masih
gelap tapi sudah dibuka. Akhirnya
saya sudah tiba di tokonya yang
memang ternyata Om yang bernama
Peter ini sudah gelisah menunggu
saya dari tadi.
"Kok lama?" tanyanya.
"Enggak lah Om, baru jam 8 lewat
5!"
Tanpa basa basi lagi saya ditarik
Masuk lalu dikuncinya toko yang
berpintu kaca itu dari luar kemudian
digiringnya saya ke pojok toko yang
berbentuk L itu sehingga orang
manapun tidak dapat melihat apa
yang akan kami lakukan didalam dari
luar.
Wah, pagi ini Om Peter keliatan
gagah disbanding kemarin yang
Cuma memakai T-shirt. Pagi ini ia
memakai kemeja putih tangan
pendek dibalut dengan singlet
didalamnya serta celana bahan
warna coklat tua. Keren sekali
menurut saya karena di umurnya
yang sudah lebih dari setengah abad,
ia masih nampak gagah. Ia
mendorongkan tubuh saya ke pojok
yang paling pojok dengan kemudian
menciumi leher saya dan mulai
membuka kancing kemeja saya satu
persatu sampai TELANJANG DADA
kemudian menjilati puting saya,
aahh.. Saya menggelinjang. Saya pun
bertanya bahwa saya mau diapakan.
Om Peter menjawab, "Kubawa
melayang jauh ke awan!" Saya pun
terdiam karena rasa enak karena
dijilat dan dipegang-pegang oleh
tangannya yang macho membuat
semua dunia terasa berputar dan
tanpa terasa batang sudah mengeras
ke puncaknya.
Tanpa basa basi Om Peter seperti
sudah merasakan adanya tegangan
tinggi dalam diri saya, dia pun
membuka retsleting celana saya,
membuka ban pinggang serta
langsung menelanjangi diri saya
bulat-bulat. Dan untuk pertama
kalinya saya telanjang bulat di depan
seorang pria yang baru saya kenal.
Saya pun pasrah, rasa enak dan
nikmat mengalahkan akal sehat. Dia
pun membuka kemeja putihnya
satupersatu singlet seksi yang
ternyata merk Rider itu dibiarkan
dipakai, lalu dibukanya celana
panjang serta CD miliknya, ternyata
batangnya tidak begitu keras,
mungkin karena faktor usia
menentukan, tapi besar sekali
dengan bulu yang tercukur rapi
seperti saya punya. Saya suka pria
seperti Om Peter, dari lekuk
tubuhnya dapat diketahui bahwa
pada mudanya ia pasti gagah, bentuk
tubuhnya yang tinggi besar, tapi
perutnya agak sedikit membuncit,
pasti karena factor usia juga. Ada
sedikit kumis dan brewok tipis yang
baru tercukur rapi.
Dia dengan ganasnya menciumi
semua tubuh saya dan kemudian
saya disuruh tiduran di lantai dengan
matras tipis yang memang sengaja ia
sediakan sebelumnya. Kembali ia
menciumi tapi kali ini ia mulai
memainkan tangan kokohnya ke
bagian paling sensitive di tubuh gua,
rasa enak bercampur geli kembali
menyatu dalam diri gua. Gua pasrah
pagi ini, sangat pasrah sekali. Mau
apapun gua kasih dah, begitu pikir
gua. Tangan kanannya mulai
mengocok pelan kencang pelan
kencang. Sepertinya Om Peter sudah
ahli dalam menciumi menjilat dan
memainkan tangannya. Ah, betapa
bahagia istrinya yang
mendampinginya selama ini, ia pasti
diberikan nikmat surga dunia seperti
yang diberikannya kepada saya.
Setelah puas mengocok turun naik
kemudian giliran mulutnya ingin
menghisap.
"Lu bener bersih kan?"
"Kalo Om ga percaya kenapa Om
ajak saya? Gua sumpah Om, lu kira
gua juga mau sembarangan!" kata
gua sedikit marah.
"He he he lu jangan marah, gua juga
tau dari pertama kali gua liat elu. Elu
pasti anak baek-baek!", ujarnya
sambil tersenyum.
Ia pun meneruskan permainan
menjelajah yang hebat dengan
memasukkan batang kemaluanku ke
mulutnya dan dikulumnya. aahh..
Rasa apa ini? Tanyaku. Rasa enak
bercampur geli bercampur menjadi
satu, lebih nikmat dari segala apa
yang ada di dunia.
Saya menggelinjang ke kanan ke kiri.
Tapi Om Peter dengan lihainya meng-
ORAL sehingga benar benar nikmat
surga dunia yang gua rasakan.
Sampai akhirnya waktu tanpa terasa
sudah jam 9 kurang 15.
"Om sudah mau jam 9 nih, entar
karyawan Om pada datang lagi."
"Tenang, ini senjata gua paling
terakhir!"
Dia menekan-nekan titik titik dalam
tubuh saya, entah kenapa rasa yang
saya rasakan jauh lebih nikmat dari
sebelumnya, dan dalam waktu yang
singkat serta dalam tempo yang
sependek-pendeknya.
"Om saya sudah ga tahaan nih, mau
keluar..!!"
"Iya kluarin aja, gua siap!" katanya.
Aahh.. Gua bener bener mau kluar
dan dengan sigap dia langsung
menganga. lava putih hangat
memuncrat ke dalam rongga mulut
Om Peter, ditelannya habis tanpa sisa
begitu juga sisa lava yang menempel
di kepala batangku dijilatnya sampai
habis. Wah, memang benar-benar
nikmat pagi ini. Terima kasih Om
Peter, kataku.
"Lho, Om Peter sendiri engga mau
dikluarin, Om?", tanyaku.
"Enggak perlu! Untuk orang seumur
Om, lebih enak membuat orang
keluar, he he".
Dia pun kembali memakai celana
dalam, celana panjang serta kemeja
putihnya dan merapikan semua
seperti seolah tidak terjadi apaapa di
dalam toko ini. Saya pun juga ikut
memakai semua dan merapikan baju
dan celana saya. Kita pun mengobrol
sampai akhirnya jam 9.30 karyawan
Om Peter berdatangan. Dan akhirnya
saya pun pamit pergi.
Tapi sebelum berpamitan, saya
berjanji untuk datang sesering
mungkin 'menjenguk' Om Peter. Ada
satu nasehat berharga dari Om Peter
yang engga bakal saya lupain
selamanya.
"Dik, kita begini karena nasib atau
takdir kita, jangan menyesal untuk
menjadi seorang biseks, kita harus
bangga dengan apa yang kita miliki,
tapi satu hal, elu juga musti kawin
dan punya keturunan".
Mulai saat itu kami sering berhubungan mungkin seminggu
sekali karena jadwal kerja saya yang
padat tapi selalu tepat jam 8 atau
mungkin lebih pagi dan tentunya Om
Peter lebih jago memainkan tangan
dan mulutnya. Dia tidak keberatan
saya menjadi seorang pasif. Dia lebih
senang akan itu, tapi sekarang Om
Peter telah meninggal dunia karena
sakit tuanya. Tepatnya 2 tahun yang
lalu dia meninggalkan saya untuk
selama-lamanya.
Sejak saat itu tidak ada satu orang
pria pun yang dapat menggantikan
kedudukan Om Peterku tercinta.
Tamat

Bapak Kos Ku Tercinta


Sore itu cuaca begitu buruk, langit
tampak gelap dengan gerimis yang
mulai turun. Aku sendiri bete banget
di kost-kost-an, sepi. Pak Arman
bapak kostku masih di kantor, ibu
kost ngurusin bisnisnya di luar kota
dan kedua anak ibu kost kuliah di
Jakarta, itu pula yang mungkin
menjadi alasan mereka mau
'menampung' aku, 'dari pada sepi'.
Yang kost di rumah ini memang
hanya aku sendiri, jadi sudah seperti
keluarga. Aku sendiri masih duduk di
bangku SMA kelas 2. Tapi karena
kebetulan jarak sekolahku lumayan
jauh, aku disuruh kost. Pak Arman
sendiri adalah kenalan Bapakku.
"Bi, masak apa hari ini..?" dari pada
menganggur, kuhampiri Bi Onah di
dapur.
"Eh, Den Anto, biasa Den.. gulai
kambing kesukaannya Tuan Arman."
"Wiih asiik Anto juga suka! Apalagi
kalo Bibi yang masak, hmm.. enggak
ada duanya Bi!"
Si Bibi hanya tersenyum.
"Anto bantuin ya?"
"Aduh enggak usah, Den! Inikan
kerjaannya cewek.."
"Kata siapa, Bi. Sekarang mah udah
berubah, enggak ada lagi perbedaan
kayak gitu. Buktinya direstoran-
restoran terkenal kebanyakan tukang
masaknya cowok!"
"Tapi, Den.."
"Udah, enggak apa-apa Bi, dari pada
bengong. Sekarang mana yang bisa
Anto bantu?"
Akhirnya si Bibi nyerah juga. Aku
bantuin apa saja sebisaku, motong-
motong daging, menggoreng bumbu,
wah ternyata asyik juga.
"Ada koki baru, nih?" tiba-tiba
terdengar suara berat di belakangku,
aku menengok, ternyata Pak Arman.
"Eh, Bapak..!" aku jadi malu sendiri,
"Dari pada bengong nih Pak, apalagi
tadi bete banget!"
Pak Arman hanya tersenyum.
"Pakaian Bapak kok basah semua?"
"Tadi mobilnya mogok di tengah
jalan, ya udah mau enggak mau
kudu hujan-hujanan.."
Aku terus menatap tubuh Pak Arman.
Dalam pakaian basah seperti itu jelas
sekali terlihat bentuk tubuhnya. Di
usia kepala empat, Pak Arman
memang masih kelihatan gagah dan
kekar. Aku sedikit berdesir melihat
tonjolan besar di balik celananya.
"Mandi dulu Tuan, nanti masuk
angin.." si Bibi tiba-tiba menyela dari
belakang.
"Iya Pak, lagian Ibu lagi enggak ada,
entar siapa yang ngerokin!"
"Kan ada kamu!" Pak Arman tertawa
mendengar gurauanku, tetapi
kemudian ia segera berlalu ke kamar
mandi.
Tak lama terdengar suara guyuran
air. Tiba-tiba aku membayangkan
bagaimana keadaan Pak Arman
waktu bugil, memikirkan itu
kemaluanku langsung mengeras.
Malam itu sama sekali aku tidak
dapat tidur. Entah kenapa tubuh Pak
Arman yang basah terus terbayang di
mataku. Busyet! Kenapa jadi begini?
Untung acara TV malam itu lumayan
bagus, jadi aku dapat sedikit
mengesampingkannya.
"Belum ngantuk, To?"
Aduh, suara itu lagi.
"Eh, belum Pak..!"
Aku sedikit gerogi ketika Pak Arman
duduk di pinggirku, padahal dulu-dulu
tidak seperti ini.
"Acaranya bagus?" Pak Arman
menatapku, oh Tuhan matanya
begitu teduh.
"Lumayan Pak, buat nyepetin mata
yang enggak bisa di ajak kompromi.."
Sesaat suasana hening.
"Bapak juga kok enggak tidur..?"
kucoba memecahkan suasana,
"Kangen Ibu, ya?"
Pak Arman tersenyum.
"Saya sudah biasa di tinggal istri, To.."
"Sorry, Pak.."
Aku jadi merasa tidak enak sendiri.
Malam semakin larut dan udara
makin terasa dingin, dan kami masih
asyik nonton TV, walaupun pikiran
saya tidak tertuju kesana.
"To, Kepala saya agak pusing.., mau
enggak kamu pijitin kepala saya..?"
Aduh saya benar-benar tidak tahu
harus berbuat seperti apa. Pak Arman
terus menatapku.
"I.., iya Pak..!" ujarku sedikit gugup.
Aku kemudian berdiri.
"Mau kemana?"
"Mijitin kepala Bapak.."
"Udah kamu duduk disitu aja.."
Tanganku ditariknya kembali ke kursi
panjang.
Sungguh aku tak mengerti. Aku
kemudian duduk kembali dan tiba-
tiba Pak Arman merebahkan
kepalanya di pangkuanku. Sungguh
saat itu aku tidak dapat
mengendalikan lagi denyut
jantungku.
"Di sini, To.." Pak Arman memegang
tanganku dan kemudian diletakkan di
keningnya.
Untuk sesaat aku terpaku dan
kemudian dengan sedikit gemetar
memijat keningnya. Kulihat Pak
Arman memejamkan matanya.
Dengan takut dan ragu-ragu
kuperhatikan wajahnya. Sungguh
sangat sempurna. Alis yang rimbun,
hidung yang bangir, kumis tebal dan
kaku, dagu yang terbelah.., oh Tuhan
aku nyaris tak dapat mengendalikan
diri.
"Oh, Nikmat sekali, To.." Pak Arman
mendesaah perlahan.
"Aku jadi ngantuk, boleh tidur disini
dulu enggak? Entar kalau acaranya
selesai, bangunkan ya!"
"Ya, Pak.."
Entah mimpi apa aku semalam bisa
berduaan seperti ini dengan Pak
Arman. Aku tidak akan menyia-
nyiakannya. Tetapi kulihat Pak Arman
tidak juga memejamkan matanya.
"Kenapa, Pak? Katanya mau tidur?"
Pak Arman terus menatapku, aku
jadi salah tingkah.
"Aku teringat, Diko. Sudah 5 bulan
aku tidak ketemu dengannya."
"Dia kan sedang kuliah, Pak.."
"Waktu kecil dia selalu kupangku
seperti ini sambil kubelai rambutnya.
Tak terasa anak-anak begitu cepat
besar."
Kulihat mata Pak Arman
menerawang.
"Waktu mereka masih ada, aku tak
begitu merasa kesepian seperti
sekarang, tapi ya begitulah tugas
orang tua, memang cuma
membesarkan dan mendidik anak,
setelah itu.. Aku bersyukur ketika
kemudian kamu kost disini,
setidaknya rumah ini tidak begitu
sepi lagi."
Aku begitu terharu mendengar kata-
kata Pak Arman, begitu menyentuh.
Dan tak terasa tanganku bukan lagi
memijat, tapi telah membelai rambut
Pak Arman. Pak Arman
memejamkan matanya sepertinya ia
menikmati semuanya.
"Semua orang tua mungkin pernah
merasakan hal yang sama seperti
Bapak.." aku mencoba menghibur,
"Dan kalau Bapak mau, saya siap
untuk menjadi teman bicara Bapak,
kapan saja, asal Bapak tidak merasa
kesepian.."
Pak Arman membuka matanya.
Dipegangnya tanganku.
"Sungguh..?"
Aku menganggukan kepalaku. Pak
Arman tersenyum, kemudian ia
mencium tanganku.
"Thanks.." katanya manis.
Ya Tuhan, dadaku seakan mau
meledak merasakan hangatnya bibir
Pak Arman disertai gesekan
kumisnya di tanganku. Aku bingung
harus berbuat apa. Pak Arman
tersenyum melihatku, kemudian ia
meletakan tanganku di pipinya.
Sejenak aku terpaku. Perlahan
kemudian kubelai pipinya yang kasar.
Pak Arman memejamkan matanya.
Aku terus membelainya, merasakan
jambangnya yang belum dicukur.
Aku penasaran sekali dengan
kumisnya.
"Kumis Bapak bagus.."
"Kamu suka..?"
"Ya, kelihatannya gagah.."
Dengan ragu kubelai kumis Pak
Arman. Ia tetap diam seperti sedang
menikmati semuanya. Bibirnya
tampak sedikit merekah, begitu indah
dan merangsang, serasi sekali
dengan kumisnya yang tebal. Aku
sudah tak dapat menahan diri lagi.
Perlahan kubelai bibir itu dengan
gemetar.
Sebenarnya aku takut dianggap tidak
sopan, tapi kulihat Pak Arman tidak
ada reaksi apa-apa. Aku semakin
berani. Pak Arman kulihat semakin
membuka bibirnya dan tanpa
kuduga, tiba-tiba ia mencium jariku
dan kemudian menghisapnya dengan
perlahan. Aku begitu terpana.
Matanya terbuka, ia tersenyum manis
kemudian bangkit dari pangkuanku.
Dipegangnya bahuku.
"Aku ingin tidur bersama kamu.."
Direbahkannya tubuhku di kursi yang
sempit. Ia kemudian ikut tidur sambil
memeluk tubuhku. Aku teramat
merasakan kepadatan tubuhnya
yang membuatku semakin nafsu. Ia
membelai rambutku. Aku tatap
matanya, ia tersenyum, didekatkan
kepalanya dan tiba-tiba ia mencium
bibirku. Lembuut sekali. Aku
memejamkan mata meresapi sensasi
yang begitu indah. Ketika kubuka
mataku ia sedang menatap wajahku,
kemudian dielusnya pipiku, alisku,
bibirku, dan kemudian ia menciumku
lagi lebih lama. Bibirnya terasa manis,
kurasakan lidahnya menelusup di
rongga mulutku. Aku merasakan
nikmat yang amat sangat, apalagi
kumisnya begitu kasar. Kucengkeram
punggungnya dengan kuat, nafasku
semakin memburu.
Pak Arman benar-benar ahli, aku
yang baru pertama kali
mengalaminya seperti orang meriang.
Pak Arman tiba-tiba melepaskan
ciumannya, ia menatapku dengan
mesra.
"Kamu menyukainya, To..?"
Ya ampun.., kenapa dia harus
bertanya seperti itu, sementara
nafsuku semakin membuncah. Aku
menganggukan kepala seraya
membelai lehernya.
"Ini yang pertama, Pak.."
Aku mendekatkan lagi bibirku dan
dengan ganas kembali kulumat bibir
jantannya. Kutindih tubuhnya dengan
nafsu.
"Jangan disini, To.."
Aku menghentikan aksiku. Pak
Arman bangkit. Dimatikannya TV,
kemudian ia mencium keningku
sebelum membopongku ke
kamarnya. Aku terpekik sejenak, tapi
langsung kupeluk leher Pak Arman
sambil kucium dadanya. Pak Arman
tertawa kecil.
Sesampainya di kamar, dengan
perlahan direbahkannya tubuhku.
Sambil menindihku Pak Arman terus
menatap mataku dengan mesra, aku
sampai tersipu. Kupeluk tubuhnya
sambil kugigit lehernya, Pak Arman
sampai terpekik.
"Wah, kamu mirip drakula.." Pak
Arman terus menggodaku.
"Tapi drakula amatir.." balasku.
Pak arman tersenyum. Dipijatnya
hidungku.
"Nih kalau yang profesional!"
Tiba-tiba Pak Arman telah mencium
leherku dengan gigitan-gigitan
kecilnya. Aku terlonjak, geli tapi
nikmat, apalagi kumisnya terasa
sekali menusuk-nusuk leherku.
Aku mengerang sambil menjambak
rambutnya. Aku benar-benar tak
kuat. Kakiku langsung kubelitkan di
tubuhnya sambil menggeliat-geliat
dengan liar. Pak Arman semakin
bernafsu. Kini ia telah membuka
bajuku, dijilatinya dadaku. Aku
menjerit, benar-benar sensasi baru
yang teramat indah. Aku semakin
mempererat pelukanku, apalagi saat
Pak Arman mengulum puting susuku,
tubuhku sampai melengkung
menahan kenikmatannya.
"Pak Arman, oohh.."
Pak Arman seperti tidak perduli
dengan keadaanku, ia semakin buas.
Tak lama kemudian tubuhku telah
telanjang bulat, dan ia benar-benar
membuatku tak berkutik. Ketika ia
membuka bajunya, aku benar-benar
terpana melihat tubuhnya yang
masih berotot dengan bulu-bulu yang
membelukar, membuatku semakin
tak kuat, apalagi saat ia membuka
celana dalamnya, oh.., batang
kejantanannya begitu besar dan
kaku. Aku sampai ngeri sendiri.
Ia kembali menghampiriku dengan
nafasnya yang memburu. Aku
menyambutnya, kupeluk tubuhnya
yang besar. Kubelai punggungnya
sambil kuresapi ciumannya.
Tangannya begitu nakal, dibelainya
pahaku secara perlahan, dan
kemudian bergeser ke arah batang
kemaluanku yang tidak begitu besar.
Aku pun tidak mau kalah, kuremas
kejantanannya yang seperti
pentungan hansip, Pak Arman
mendesah. Aku kemudian
melepaskan diri dari pelukannya.
Kuciumi batang kejantanan yang
begitu gagah, desahan Pak Arman
makin keras. Di ujung kejantanannya
yang hitam terlihat mulai keluar
cairan bening, aku langsung
menjilatinya, terasa asin tapi nikmat.
Setelah itu langsung kukulum
batangnya.
"Ohh.. nikmat sekali, To! Terus, To!"
Pak Arman mencengkram kepalaku.
Aku semakin bersemangat, terus
kukulum kejantanan itu sambil
kumainkan lidahku di ujungnya, dan
terkadang kugigit pelan karena
gemas. Kemaluan Pak Arman begitu
perkasa. Pak Arman terus
mencengkram kepalaku. Bosan
dengan itu kuciumi lipatan paha Pak
Arman, ooh.. terasa sekali bau
kelelakiannya. Lama juga aku
bermain di situ, kemudian pelirnya
kucium dan kukulum, sementara
tanganku bermain di anusnya yang
dipenuhi bulu. Aku mencoba
memasukkan telunjukku, terasa sulit,
tapi lama-lama bisa juga.
"Terus, to.. oh.., nikmat sekali.." Pak
Arman semakin menggelinjang.
Kemudian kubalikkan tubuh Pak
Arman. Kubelai pantatnya yang
gempal, kucium dan terkadang
kugigit. Oh.. nikmat sekali. Perlahan
kubuka bongkahan pantatnya,
kemudian kusibakkan bulu-bulunya
yang lebat, terlihat anusnya yang
mungil kemerahan seakan
menantangku untuk mengulumnya.
Langsung saja kujilati anusnya,
desahan Pak Arman terdengar
semakin keras, apalagi saat lidahku
masuk ke lubangnya dan kemudian
menghisapnya. Anusnya terasa
harum sekali, sungguh aku sangat
menyukainya.
"Oh.., Anton, Bapak enggak kuat
lagi.."
Tiba-tiba Pak Arman membalikkan
tubuhnya, dan kemudian
membantingku ke kasur. Diciumnya
leherku dengan ganas.
"Boleh, Bapak ngentot kamu..?" ia
menatapku dengan harap.
Aku menganggukan kepalaku. Pak
Arman langsung berdiri, kemudian ia
menundukkan kepalanya di
selangkanganku, kakiku ditariknya
dan kemudian dijilatinya anusku. Oh
Tuhan nikmat sekali, apalagi
kumisnya kuat sekali menggesek-
gesek kulitku.
Tak lama ia mengangkat kakiku,
kemudian diletakkannya di
pundaknya, batang kejantanannya
terasa sekali menyentuh anusku.
Sesaat aku merasa ngeri
membayangkan batang kejantanan
Pak Arman yang besar membobol
anusku yang kecil, tapi nafsu telah
mengalahkan segalanya. Pak Arman
sendiri tampaknya kesulitan
memasukkan kejantanannya. Ia
kemudian memakai ludahnya untuk
dijadikan pelumas, tak lama batang
itu mulai masuk, aku menjerit
kesakitan.
"Tahan dulu Sayang, Nanti juga tidak
sakit.."
Aku menganggukan kepalaku.
Batang kejantanan Pak Arman makin
masuk dan aku makin kesakitan. Pak
Arman kemudian menciumbibirku
sambil terus memasukkan
kemaluannya. Ketika semuanya telah
masuk, jeritanku semakin keras.
Kemudian kugigit lehernya. Aku
menangis kesakitan. Pak Arman diam
sejenak, mencium bibirku, menjilati
leherku dan mengulum telingaku.
Sejenak aku melupakan rasa sakit
itu. Ketika aku tidak menjerit lagi, ia
mulai menggerakan batang
kejantanannya. Kembali aku
menangis kesakitan.
"Sabar Sayang.., nanti juga kau akan
merasakan nikmat.." Pak Arman
berusaha menghiburku sambil terus
memberiku rangsangan-rangsangan.
Memang benar apa yang dikatakan
Pak Arman, lama-lama aku
merasakan nikmat juga. Perlahan
kuimbangi gerakan Pak Arman
sambil kubelai punggungnya yang
liat. Keringat Pak Arman tampak
sudah membanjir.
"Terus Pak.., terus..!" Aku semakin
merasa keenakan.
Kupeluk tubuh Pak Arman makin
erat, kucium ketiaknya dan kugigit
lengannya.
"Oh.., anusmu nikmat sekali,
Sayang.."
Gerakan Pak Arman semakin liar,
digigitnya leher dan dadaku hingga
membekaskan noda merah. Terasa
sekali batang kejantanannya dengan
kuat menyodok-nyodok anusku.
"Gimana Sayang.., apakah masih
merasa sakit..?"
"Enggak Pak, nikmat sekali.."
Kugigit puting Pak Arman yang
berwarna kemerahan. Kusedot-sedot
hingga gerakan Pak Arman semakin
cepat. Pantatnya yang gempal
kembali kubelai, kuremas dan kubelai
bulu kemaluannya sambil
memainkan anusnya. Sesekali jariku
menusuk-nusuk anusnya.
"Aku tak kuat lagi Anto.."
Tubuh Pak Arman tampak gemetar,
kemudian ia memelukku dengan erat
sambil menggigit dadaku. Dan
kurasakan denyutan keras di anusku
disertai semburan hangat.
Ketika semuanya reda, Pak Arman
tetap memelukku, kubelai dan
kuseka keringat di wajahnya.
Kemudian kembali kubelai
rambutnya. Pak Arman memejamkan
matanya.
"Terima kasih Sayang, aku puas
sekali..!"
Diremasnya pundakku tanpa
membuka matanya.
"Kamu ingin juga dikeluarkan..?" tiba-
tiba Pak Armani membuka matanya
dan menatapku.
Aku menggelengkan kepala, "Enggak
usah sekarang, Pak.." aku tersenyum,
"Aku hanya ingin membahagiakan
Bapak.."
Pak Arman kemudian mencium
pipiku dengan mesra.
"Lebih menyenangkan memeluk
Bapak seperti ini.."
Kembali kurengkuh tubuh itu dengan
kuat, kubelai sampai kemudian Pak
Arman tidur di dadaku. Oh.., bahagia
sekali rasanya hatiku, dan ini bukan
mimpi.
Kami terus melakukan hal itu sampai
saya lulus dari SMA, dan kemudian
kuliah di luar kota. Sejak itulah kami
jarang bertemu, tapi saya akan terus
mengingat Pak Arman, karena saya
amat mencintainya. Dan entah
mengapa sejak saat itu saya lebih
bernafsu dengan melihat tubuh
cowok yang lebih dewasa atau
bapak-bapak. Untuk teman-teman
yang ingin menjadi sahabat saya,
dapat menghubungi saya.
TAMAT

Selasa, 17 April 2012

Asisten Pengajar Kursus Komputer



Aku segera menuju ke kamar mandi
untuk menyegarkan tubuhku dan
segera kukenakan pakaianku dan
akupun sudah bersiap sedia
menunggu Steve yang masih berada
di kamar mandi dan tak lama
kemudian dia segera muncul dengan
pakaian yang sudah rapi juga segera
kamu berdua menuju cafe yang ada
dihotel tersebut untuk makan pagi,
kemudian membereskan billing dari
hotel tersebut dan segera meluncur
ke arah Bedugul, sampai di Bedugul
hari sudah siang, kami menggelilingi
danau itu dengan menyewa kapal
setelah puas dengan menyusuri
danau itu maka Steve mengajukan
keinginannya untuk mandi sauna di
Bali Handara, dan akupun bersedia
untuk mengantarkannya dan diapun
mengajakku untuk bersama mandi
sauna juga akan tetapi aku menolak
karena bagiku lebih baik melihat-lihat
pemandangan disekitar komplek itu
yang kelihatan asri dan sejuk, sampai
tak terasa sore itu mendung mulai
datang berarak-arak dan langit yang
tadinya cerah kini menjadi gelap
dengan mendung menandakan tidak
akan lama lagi akan turun hujan
yang sangat deras sekali.
Bersamaan itu Steve sudah selesai
dengan mandi saunanya dan
mengajakku untuk cepat-cepat
meninggalkan tempat itu sebelum
hujan turun dan segera kupacu
motorku menuju ke arah Denpasar,
akan tetapi baru berjalan sekitar dua
kilometer dari tempat yang baru
kami kunjungi ternyata hujan turun
dengan derasnya sehingga badan
kami berdua basah kuyup dan Steve
memutuskan untuk mencari tempat
penginapan yang tidak jauh dari situ,
maka segera kubelokkan ke arah
jalan yang menurun menuju ketepi
danau karena sebelumnya pada saat
siang tadi aku melihat ada sebuah
hotel ditepi danau itu yaitu hotel
Bedugul.
Kami segera check in dalam keadaan
basah kuyup dan tanpa berbasa-basi
lagi dengan pihak hotel, kami segera
mendapatkan kunci kamar dan kami
segera bergegas memasuki kamar
dan aku segera menuju kekamar
mandi, dengan mengguyur badan
dengan air hangat maka agak sedikit
menolongku dari gemetarnya
tubuhku karena kedinginan dan
setelah selesai segera kuraih handuk
untuk mengeringkan tubuhku dan
aku bergegas kembali ke kamar
untuk mengenakan baju kering, akan
tetapi Steve melarangku untuk
berpakaian dan dia menyarankan
aku untuk memakai selimut saja
untuk menghangatkan tubuhku,
karena Steve tahu aku begitu
kedinginan dan dia mempunyai
maksud untuk menghangatkan
tubuhku dengan tubuhnya, maka
kuturuti kemauannya.
Aku segera nyungsep dibalik selimut
yang tebal itu sambil menunggu
Steve yang sedang membersihkan
tubuhnya di kamar mandi, tidak lama
kemudia Steve sudah keluar dari
kamar mandi dalam keadaan
telanjang bulat dan diapun segera
nyungsep juga dibalik selimut yang
tebal sambil memeluk tubuhku
dengan sangat erat dan kemudian
dia menindihku, sambil kupeluk erat
pula tubuhnya dengan demikian kami
bisa merasakan kehangatan antara
satu dengan lainnya, walaupun tidak
ada aktivitas sex yang kami lakukan
saat itu, tapi sudah membawa
kenikmatan tersendiri dengan
kehangatan tubuh kami, sampai
akhirnya kami tertidur dalam
keadaan saling berpelukan pada sore
hari itu, sampai sekitar pukul tujuh
malam saat aku terbangun dan
kudengar suara gemericik hujan
diluar masih turun walaupun tidak
sederas sore tadi dan masih
kurasakan udara yang sangat dingin
malam itu.
Aku menggeliatkan tubuhku yang
masih telanjang bulat itu yang
membuat Steve juga ikut terbangun
dan segera kupegang penisnya yang
masih tertidur itu, akan tetapi dia
melarangnya, katanya lebih baik kita
makan dulu direstoran, setelah itu
baru kita bermain untuk mengusir
rasa dingin, aku setuju dengan usul
Steve, dengan tidak memakai CD
aku segera menggenakan celana
pendek yang gombor dengan
belahan yang agak tinggi
dipinggirnya yang membuatku
tampak seksi kata Steve, kamipun
berjalan menuju restoran dengan
menyusuri lorong-lorong didalam
hotel itu. Setelah sampai didalam
restoran aku segera memesan
makanan kesukaanku yaitu nasi
goreng dan Steve memesan pancake,
tidak banyak yang kami bicarakan
saat kami makan, hanya pandangan-
pandangan mata yang penuh dengan
arti yang saling kami lemparkan satu
sama lain.
Setelah kami menyelesaikan makan
malam kami, segera kami menuju
kembali kekamar dan tanpa
dikomandoi lagi segera kulepas
celana pendek gomborku dan
langsung kelihatan mencuat penisku
dan kemudian kulepaskan juga kaos
oblongku dan segera nyungsep
dibalik selimut tebal demikian juga
yang dilakukan oleh Steve, lalu kami
bergumul dibalik selimut itu sambil
saling mencumbui satu sama sama
lain, dan yang paling kusukai dari
cumbuan Steve adalah dia selalu
ingin memberikan kepuasan
kepadaku dengan menciumi tubuhku
mulai dari atas sampai keujung kaki
dan dia merasa puas atau senang
kalau melihat aku mengelinjang
penuh dengan kegelian dan mendesis
keenakan.
Setelah aku tak tahan maka segera
kurebahkn tubuh Steve dan segera
kuraih penisnya dan kuhisap sampai
pangkalnya sambil tanganku beraksi
disekujur tubuhnya sambil membuat
rangsangan-rangsangan yang lebih
hebat lagi, dan terus terang saja
pada waktu Steve menghendaki
untuk memasuki lubang analku
dengan penisnya akan tetapi
memang pada saat itu aku masih
belum mengenal anal sex sehingga
ketika dicoba aku merasakan
kesakitan yang amat sangat, apalagi
penis Steve lebih gede dibandingkan
dengan penisku, akan tetapi aku
bersyukur mengenal Steve yang
penuh dengan pengertian, begitu dia
melihat aku kesakitan dia tidak
melanjutkan dengan penetrasinya,
dia membiarkanku rileks beberapa
saat sampai hilang rasa sakitnya
kemudian dia mulai mencumbuiku
lagi sambil saling melakukan oral sex
sampai akhirnya sama-sama ngecrot
dan merasakan kepuasan, saling
berpelukan, sama-sama terkulai
ditempat sampai akhirnya
tertidurdiblaik selimut tebal dengan
keadaan masih telanjang bulat
dengan udara diluar yang terasa
makin dingin saja.
Ketika fajar mulai menyingsing, kami
segera mandi dengan air hangat
yang ada di kamar mandi dan segera
bergegas menuju restoran untuk
makan pagi setelah semuanya
selesai segera kupacu motorku dipagi
yang cerah itu menuju ke arah
Denpasar, sekitar pukul sebelas siang
sampailah kami dikota Denpasar dan
segera menuju ke arah Kuta untuk
kembali ketempat penginapan Steve
yang ada di Kuta, sebenarnya aku
masih ingin berlama-lama lagi untuk
bisa menemani Steve menggelilingi
pulau Bali ini akan tetapi karena
liburanku sudah mendekati akhir, dan
yang rencananya aku hanya tinggal
selama dua atau tiga hari saja di Bali,
tapi yang jadi kenyataannya aku
hampir satu minggu tinggal di Bali
dan mau tidak mau sore nanti aku
harus segera balik ke Surabaya lagi,
walaupun dengan berat hati Steve
melepaskan kepergianku untuk balik
ke Surabaya dengan naik bus malam
dan sore itu Steve mengantarkan aku
sampai terminal Ubung dengan
mengendari motornya. Pada saat
diterminal Ubung dan sambil
menunggu keberangkatan bus, Steve
menanyakan alamat kostku yang
ada di Surabaya, dan aku hanya
mengira sebagai basa-basi saja,
segera kuberikan alamatku dan juga
alamat kost Budi yang hanya
berbeda gang saja. Aku pikir nggak
apalah, agar Steve tidak kecewa.
Sekitar pukul tujuh malam bus yang
membawaku akan berangkat segera
kuhampiri Steve dan kusalami
tangannya sambil kubisikan
"Thank you for all of you"
Aku tidak berani memeluk atau
menciumnya karena keadaan
diterminal itu sangat ramai dengan
orang, segera kunaiki bus dan hanya
kulambaikan tanganku dari dalam
bus sambil cium jauh dari jendela
kaca bus itu, bus mulai berangkat
dengan berderak dan masih sempat
kulirik Steve melambaikan tangannya
ke arahku dengan pandangan
kosong, seperti ada sesuatu yang
hilang dari dalam dirinya, aku
berusaha untuk tersenyum dan
membalas lambaiannya. Aku selama
dalam perjalanan dengan bus malam
menuju Surabaya, kubayangkan dan
kureview kembali apa yang telah
terjadi pada diriku selama satu
minggu terakhir ini ditahun yang baru
juga, sampai tak terasa aku terlelap
tidur didalam bus malam itu sampai
ketika pagi hari aku terbangun, aku
sudah berada di jalan tol Gempol-
Surabaya, aku segera berkemas dan
merapikan barang bawaanku agar
lebih ringkas lagi karena aku harus
oper dengan angkutan kota menuju
ketempat kostku.
Pada saat aku sudah sampai
ditempat kostku dan menaruh barang
bawaanku, aku segera berlari
ketempat kost Budi yang tidak
seberapa jauh dari tempat kostku
dan aku menceritakan apa yang
telah terjadi selama dia sudah pulang
dan aku juga menceritakan tentang
pangalamanku bersama dengan
Steve jalan-jalan mengelilingi pulau
Bali, akan tetapi satu yang tidak
kuceritakan pada Budi yaitu
pengalamanku bergumul dengan
Steve berkali-kali. Akan tetapi
rupanya Steve juga memperlakun
Budi juga demikian tanpa
sepengatauanku, ketika itu Budi
cerita kalau pada suatu tengah
malam ketika aku sedang tertidur
lelap, Budi bangun dari tidurnya dan
menuju kekamar mandi untuk buang
air, rupanya pada saat itu Steve
terbangun dengan suara berisik Budi,
sehingga Steve menunggu sampai
Budi selesai dengan hajatnya di
kamar mandi, pada saat Budi akan
merebahkan badannya kembali
ketempat tidur, Steve
menghampirinya dan mengelus-elus
penis Budi yang setengah ngaceng itu
sampai akhirnya ngaceng penuh dan
Steve melepaskan kancing celananya
dan kemudian mengocok penis Budi
yang sudah ngaceng penuh itu.
Lalu aku bertanya pada Budi seolah-
olah aku orang yang nggak ngerti
apa-apa.
"Terus kamu diem aja yaa?"
"Ya, diem aja, abis enak sih dan
disamping itu Steve menyuruhku
diam agar aku nggak berisik supaya
kamu jangan bangun," jelas Budi
padaku.
"Oh gitu yaa," lanjutku.
"Iya, terus kamu diapakan aja sama
si Steve," tanya Budi.
"Nggak diapa-apain tuh"
"Masak sih," tanya Budi penasaran.
"Iya, tuh, benar koq," jawabku
meyakinkan Budi.
Tak berapa lama kemudian aku
pulang ketempat kostku, dan aku
beristirahat untuk menghilangkan
rasa pegal-pegal diseluruh tubuhku
karena perjalanan jauh dengan tidur
sepuas-puasnya. Pada suatu pagi
kira-kira jam enam pagi, aku
dibangunkan oleh seseorang dan
ketika kubuka mataku ternyata yang
menguncang-nguncang tubuhku
adalah Budi yang datang dengan
agak tergesa-gesa katanya.
"Eh, kamu dicari sama Steve,
sekarang dia ada ditempat kostku,"
kata Budi.
"Apa?, yang benar aja, masak si
Steve bisa sampai ketempat kost kita
didaerah yang terpencil ini?" tanyaku.
"Yaa, benar!! Aku juga heran koq dia
bisa sampai ketempat kita yang jauh
dari kota ini hanya berbekal
dari alamat yang kamu tulis dibuku
catatannya itu," jelas Budi.
"Huuh, nekad benar yaa tuh bule satu
ini," balasku.
"Oke, kamu pulang dulu nemani si
Steve, aku mau mandi dulu"
Aku segera bergegas kekamar mandi
untuk mandi pagi dan setelah aku
berpakaian rapi segera kususul Budi
ditempat kostnya dan kulihat si Steve
sedang duduk diteras tempat kost
Budi sambil bercakap-cakap dengan
Budi. Segera aku menghampiri Steve
dengan sedikit basa-basi dengan
menanyakan kapan dia datang, lalu
katanya baru saja dia tiba dari
Denpasar dengan bus malam
kemudian dia menuju ketempat
penginapannya disekitar jalan
Pemuda Surabaya, kemudian dia
tanya ke tourist information yang
tidak jauh dari tempatnya menginap
untuk mengetahui alamat kami dan
dengan kendaraan apa dia bisa
mencapainya.
Itulah sedikit ceritanya, dan aku
menanyakan padanya apa yang
akan jadi acaranya selama ada di
Surabaya ini, akhirnya dia
mengutarakan keinginannya yang
pertama dia ingin jalan-jalan dikota
Surabaya saja dan kami bertiga
akhirnya keliling kota Surabaya
seharian penuh, dan malamnya kami
makan malam bersama setelah itu
kami nonton film disebuah gedung
bioskop dikawasan jalan Pemuda
juga, sampai film selesai akhirnya
aku mohon diri untuk pulang
ketempat kostku bersama dengan
Budi dan Steve kembali ketempat
penginapannya dan kami berjanji
akan mengunjungi Steve kembali
dan siap menjadi guidenya selama
Steve berapa di Jawa Timur ini.
Keesokkan harinya sekitar pukul
delapan pagi kami berdua sudah
berada di depan tempat penginapan
Steve dan tak berapa lama kemudian
Steve juga sudah siap-siap
menunggu kedatangan kami dan dia
mengutarakan kalu pengin jalan-
jalan ke Malang, maka kami
bertigapun naik kereta api menuju ke
Malang dari Stasiun Gubeng yang
memang tidak jauh dari tempat
penginapan Steve. Selama dalam
perjalanan dengan kereta api kami
senantiasa bersenda gurau sampai
akhirnya tiba dikota Malang, lalu
kami keliling kota Malang sampai
sore dan akhirnya sampailah dikota
batu dan kami menginap sehari
dikota Batu dan keesokkan harinya
kami melanjutkan perjalanan kami
ke kota Blitar untuk mengunjungi
makam Bung Karno dan sorenya
menginap dikota Blitar selama sehari.
Demikianlah kenangan manisku
bersama dengan Steve.
E N D