Jam sebelas lebih sepuluh. Itu artinya, sudah hampir satu jam aku dibuat
menunggu oleh Michael. Aku tak habis pikir, ini sudah yang ketiga
kalinya aku melayani anak bos itu, dan tiap kali selalu saja ia datang
telat dari janji yang dibuatnya sendiri. Kalau dibilang ia segan
menemuiku, sangatlah tidak mungkin, mustahil, kami saling menyukai, dia
menyukai tubuhku dan aku menyukai uangnya. Kalau ia kapok, ia pasti tak
akan “memanggil”-ku lagi, apalagi sampai tiga kali.
Tapi sebagai
seorang pekerja yang baik, aku memang harus siap menghadapi pelanggan
semacam Michael, aku tak boleh banyak protes. Aku pun ingin bekerja
secara “profesional” seperti apa yang sering didengungkan oleh
orang-orang yang duduk di kantoran. Kurasa, profesionalisme bukan hanya
milik sebagian orang saja, seorang pekerja seks-pun pasti akan lebih
laris kalau ia bekerja secara profesional. Benar tidak? Karena itu, aku
menurut saja ketika kemarin malam, Michael memintaku datang jam setengah
sebelas di hotel ini, tempat kami biasa check-in sebelum ini, sebuah
hotel yang sewa kamarnya saja mencapai tarif 600 ribu semalam.
“Sudah
lama nunggunya?” tiba-tiba Michael menepuk pundakku dari belakang
sampil tersenyum padaku, memamerkan kedua lesung pipinya yang luar biasa
menawan.
Michael memang remaja yang ganteng, aku akui. Sekilas,
orang tak akan menyangka kalau orientasi seks-nya lebih kepada sesama
laki-laki daripada kepada lawan jenisnya. Kulitnya putih dan badannya
bersih, belum lagi bodinya yang ramping dan penampilannya yang sangat
cool. Tak berlebihan, jika aku lantas mulai menyukainya juga, meski
sebelumnya aku tak pernah benar-benar menyukai laki-laki. Aku sebenarnya
terlahir sebagai lelaki normal, namun mungkin karena profesiku inilah
yang terkadang menuntutku untuk melakukan “kontak” dengan lelaki, yang
pada akhirnya membuat orientasi “seks”-ku menjadi kacau.
“Yah,
lumayan lama juga nunggunya. Hampir satu jam. Kenapa telat?” tanyaku
seraya bangkit dari sofa di lobby hotel, tempat aku menunggu sejak satu
jam yang lalu. Kami lantas berjalan beriringan mendekati meja
resepsionis untuk selanjutnya menuju sebuah kamar di lantai tiga yang
sudah di-booking Michael.
“Sorry, aku baru pulang clubbing.”
sahut Michael sambil merangkulku. Sudah biasa, kalau remaja kota
seumuran Michael yang masih kelas 2 SMU sering menghabiskan waktunya
keluyuran bersama teman-temannya, ia selalu menyebutnya “clubbing”.
Entahlah, apa saja yang mereka lakukan di luar sana, aku tak begitu
peduli, lagipula itu bukan urusanku.
Ketika kami berdua
menyusuri lorong lantai tiga, Michael tampaknya sudah mulai tak sabar
melepaskan hasratnya, ia merangkulku lebih erat. Kali ini bukan di
pundak, namun di pinggangku. Dan tangan kirinya yang mulai gatal,
mengelus-elus perutku. Sesekali ia menciumi lengan dan leherku. Untung
saja, lorong hotel itu begitu sepi dan tak ada seorangpun yang
melihatnya. Tak berapa lama kemudian, tibalah kami di depan pintu kamar
335. Michael langsung memasukkan anak kunci ke lubangnya, dan kemudian
memutarnya untuk membuka pintu. Setelah kami masuk, Michael langsung
mengunci kembali pintu kamar.
Di balik pintu itulah, Michael
langsung memelukku. Kami saling berpagutan lidah satu sama lain untuk
beberapa lama. Aku mulai merasakan sentuhan bibir hangatnya melekat di
bibirku. Michael memang hebat sekalipun usianya masih belia, bahkan
terpaut lima tahun lebih muda dariku, tapi untuk urusan yang satu ini,
ia seperti seorang yang sudah sangat berpengalaman.
Aku lantas
membimbing Michael menuju kasur empuk yang ada di dalam kamar itu, aku
membanting tubuhnya, menindihnya sambil tetap berpagutan satu sama lain.
Tak puas sampai di sana, tanganku mulai beraksi mempreteli satu per
satu pakaian yang melekat di tubuh Michael, T-shirt merahnya, sampai
kaos oblong yang dipakainya. Lalu, aku mulai melonggarkan sabuk kulitnya
untuk mempermudah memelorotkan celana jeans yang dipakai Michael.
Sepatu sportnya pun tak ketinggalan, ku tanggalkan juga. Tak ada
selembar pakaian pun yang kusisakan selain celana dalam putih dan kaus
kaki yang dipakainya, dan luar biasanya ia malah tampak lebih tampan
dengan keadaan telanjang seperti itu, apalagi dengan seuntai kalung emas
yang berkilatan melingkar di lehernya. Dan kini, pemandangan indah itu
terbentang tepat di depan mataku.
Michael pun tak mau kalah, ia
juga melucuti pakaianku satu per satu. Aku malah dibuatnya telanjang
bulat. Lalu, ia membalikkan tubuhku dalam posisi telentang. Michael
mengangangkan kakiku sedikit lebih lebar dan kemudian ia menghisap
batang rudalku. Dikulumnya dan dibawanya keluar masuk mulutnya, sampai
sepanjang penisku basah oleh air liurnya.Aku mengerang, sambil merasakan
gigitan-gigitan nakalnya di penisku, bahkan sampai ke buah pelirku.
Sesekali ia mencengkeram penisku dan menjilati ujungnya dan bagian
kulupnya bergantian. Aku tak tahan merasakan rasa geli di bagian bawah
sana, geli yang bercampur nikmat.
Setelah tiba giliranku, maka
aku pun berbuat tak kalah liar dengan apa yang dilakukan Michael tadi.
Aku pun menikmati batang kejantanan Michael yang panjangnya tak kurang
dari 15 cm itu dengan bulu-bulu halus yang mulai memanjang yang tumbuh
liar di seputar kemaluannya. Aku memberikan servis terbaikku untuk
pelangganku yang satu ini, karena aku memang mulai menyukainya. Bahkan
untuk dia, sekalipun aku tak dibayar kali ini, aku rela. Tapi Michael
bukan tipe orang yang suka diberi servis gratis, ia sangat mengerti,
kalau aku hidup dari bekerja seperti ini, kalau tak dibayar, maka aku
tak dapat uang hari ini.
Malam itu kami bertempur habis-habisan.
Aku tak bisa menceritakan semuanya secara detail, karena selebihnya
dari foreplay itu, aku tak ingat lagi secara detail apa saja yang kami
lakukan. Yang jelas, kami melakukan yang lebih baik dari pertemuan
sebelumnya, bahkan saat kami mulai mandi bersama untuk membersihkan
badan seusai bertempur, jam dinding di kamar hotel sudah menunjukkan
pukul 4 pagi.
“Kau mau kuantar pulang?” kata Michael esok siangnya selepas kami bangun tidur.
Ia
berbaring disisiku dan menggenggam sebelah tanganku. Dengan setengah
mengantuk, aku membalikkan badanku berhadapan dengan Michael.
“Tak usah repot-repotlah. aku naik taksi saja, ok?” sahutku dengan suara lemah.
Michael
kemudian berbalik, ia mengambil celana jeansnya yang tergeletak di meja
dekat kasur dan kemudian mengambil dompetnya. Kemudian ia menyodorkan
sepuluh lembar uang seratus ribuan kepadaku. Lagi-lagi, ia tersenyum,
aku juga balas tersenyum sambil menerima uang jasaku untuk semalam,
“trims.”
“Kau yakin tak mau diantar? Tak keberatan kan kalau aku
ke tempat kosmu?” tanya Michael sekali lagi. Sesaat aku hanya diam, aku
mengelus muka Michael yang bersih.
“Maaf aku tak bisa menerima
tawaranmu. Lebih baik jika kamu tidak tahu dimana kosku, kau bisa
menelponku lagi jika butuh servisku. atau barangkali untuk sekedar
melepas kangen.” gurauku.
“Kalau begitu, aku masih butuh servismu satu hari ini lagi, bagaimana?”
“Memangnya kamu nggak pulang? nggak dicari orang tua nih?”
“Orangtuaku di luar kota, jadi aku punya sedikit kebebasan.”
“Okelah kalau begitu. Aku juga kebetulan nggak ada janji hari ini,”
Jadilah
selama dua hari itu aku menemani Michael yang “kesepian” ditinggal oleh
orang tuanya. Jam sebelas siang, kami beranjak dari kasur dan mandi.
Bahkan ketika kami di dalam bath tub pun, kami masih tak cukup puas
untuk menyalurkan hasrat kami masing-masing. Dalam keadaan yang
sama-sama telanjang bulat, kami bergumul di dalam bath tub yang sempit
itu. Asyik dan jauh lebih seru daripada semalam, dengan bermandikan
busa-busa sabun yang melumasi badan kami saat itu.
“Vian, aku
mau ngoral.” pinta Michael sambil meremas batang rudalku di dalam air
hangat yang memenuhi bath tub. Aku pun menurut saja, apalagi rudalku
saat itu sudah melesak karena full ereksi dengan panjangnya yang 15 cm
itu, tak jauh beda dengan punya Michael.
Aku menarik badanku,
merangsek ke bibir bath tub dan duduk di atasnya. Muka Michael di
dekatkan ke kepala penisku, makin lama makin dekat, dan akhirnya,
“Plok.”
Michael mencaplok penisku, kemudian menghisapnya maju mundur
dengan nikmatnya. Otomatis, aku tak kuasa menahan kenikmatan yang
kurasakan saat itu, aku mendesah, mengerang dan menggelinjang sambil
menikmati permainan Michael.
Michael cukup lama mengoralku saat itu.
“Kau
liar juga, Mich.” kataku sambil mengelus rambutnya, sambil sesekali
mendorong perlahan kepalanya untuk memasukkan penisku ke dalam mulutnya
yang mungil.
Michael melirikku dari bawah sana, ia hanya tersenyum menanggapi kata-kataku barusan.
Setelah
Michael puas mengoralku, sampai spermaku pun muncrat memenuhi mukanya,
aku mengangkat tubuh Michael, kemudian mendudukkannya di tempat dimana
aku duduk tadi.
“Sekarang giliranku.” kataku sembari mencengkeram penis Michael yang keras membatu.
Michael
pun pasrah saja, ketika aku mulai memasukkan penisnya yang kemerahan
dan tak bersunat itu ke dalam mulutku, menghisapnya dengan berirama
keluar masuk mulutku. Lama kelamaan, kurasakan penis Michael makin
kenyal seiring dengan cairan hangat yang kurasakan menyemprot masuk dari
penis Michael ke dalam kerongkonganku. Sampai-sampai aku dibuat
tersedak karenanya.
“Vian, minggu depan aku akan ke Paris, ke
tempat Opaku. Namun, mungkin aku tak akan kembali kemari sampai libur
natal nanti.” kata Michael sesaat setelah kami memutuskan untuk
beristirahat di dalam rendaman air hangat. Kami saat itu duduk
berhadapan di dalam bath tub, aku memandang Michael dengan tatapan penuh
tanda tanya. Apakah ini berarti aku akan kehilangan satu pelanggan
setiaku lagi.
“I”m sorry. Aku akan melanjutkan SMU-ku di Jerman.
Mulai bulan depan, awal semester baru disana. Sebenarnya, berat juga
meninggalkan teman-temanku di sini, tapi mau bagaimana lagi? Aku
terpaksa.” tutur Michael dengan muka muram.
Saat itu, barulah
terlihat tekanan batin yang ia rasakan saat ia harus mengikuti kemauan
orang tuanya. Michael banyak bercerita tentang watak kedua orang tuanya
yang keras, sehingga dari sana pula, aku dapat mengambil sebuah
kesimpulan bahwa Michael termasuk salah satu dari jutaan anak yang
kurang mendapat pelukan kasih sayang dari seorang ayah, mirip dengan
kisah perjalanan hidupku yang besar tanpa tahu siapa ayahku.
Dari
kurangnya kasih sayang itulah, Michael lantas mencoba mencari kasih
sayang di luar dengan caranya sendiri dengan memanfaat fasilitas materi
yang diberikan oleh orang tuanya. Ia memang termasuk kaya untuk ukuran
anak seusianya, meski semua yang ia miliki adalah kepunyaan bapaknya.
Dengan
pekerjaanku ini, entah sudah berapa banyak aku menemui orang-orang yang
seperti Michael, baik pria atau pun wanita. Kebanyakan dari mereka
adalah orang-orang yang kesepian, mengalami kehampaan hidup, dan
berusaha memperolehnya dariku. Padahal aku sendiri, kalau mau jujur, aku
pun adalah seorang yang sangat kesepian, terkadang aku malah berpikir
bahwa hidupku ini tak ubahnya seperti sampah yang berbau busuk, bahkan
sudah tak ada harganya lagi. Untung saja, sepak terjangku di dunia hitam
ini tak sampai menyisakan penyakit kelamin bagiku, jika tidak, aku
bukan hanya hidup sebagai sampah, namun mati pun akan sebagai sampah.
Berpisah
dari Michael sebenarnya juga menjadi penolong bagiku untuk lepas dari
profesiku sebagai gigolo. Beberapa bulan setelah kepergian Michael, aku
pun memutuskan untuk meninggalkan kota ini. Dengan sisa tabunganku, aku
merantau untuk bekerja di negeri kangguru sampai detik ini, namun
tentunya tak lagi mengulang statusku yang lama, pekerjaanku benar-benar
halal.
E N D
Sabtu, 31 Maret 2012
sapi betina
Waktu itu
aku baru saja 1 tahun kuliah di AUSTRALIA mengambil mata kuliah Agriculture
jurusan Teknologi Rekayasa Genetk.
Aku datang
mengunjungi pameran pertanian & peternakan terbesar di dunia yang diadakan
2 tahun sekali selama 1 bulan penuh: “Morrington Country Fair”.
Anyway, di pameran itulah sejak puluhan tahun, ratusan peternak biasa
memamerkan dengan penuh kebanggaan ternak-ternak terhebat yang mereka kembang
biakkan di peternakan mereka di berbagai sudut benua Australia..
Dan dalam acara pembukaan pameran itulah, aku PERTAMA KAMI MELIHAT dan
ketemu dengan DIA, pada saat aku baru mengambil makanan di kantin; sedangkan
dia minum Bir di sebelahku, sama sama berdiri di meja bar kantin yang terletak
agak dipojok, jauh dari ruangan utama..
Cowok bule muda berumur 28-an tahun itu tingginya hampir 185cm, berotot
dengan tubuh kekar, dada yang bidang dan wajah yang ganteng. Dia menghadap ke
arahku dan mengucapkan salam terlebih dahulu:
”Hello mate” katanya sambil memperlihatkan
senyum yang amat luar biasa.
"Hi" jawabku.
Setelah berkenalan dan ngobrol kesana kemari, kami merasa jadi dekat (atau
aku yang merasa sok akrab?) dan sekarang aku tahu nama dia: TOM CUTTER..
Dia datang bersama KAKAK LELAKINYA untuk mengikuti pameran dan mempertontonkan
ternak2 mereka dari ranch mereka.
-----------------
TOM CURIGA KALAU AKU GAY
Sejak awal, aku memang tidak berniat macam2 terhadap TOM. Dia laki laki
normal yang TERLALU STRAIGHT!, terlalu cowok!. Jadi kami hanya
membicarakan Rekayasa Genetik dan dia bercerita tentang istri dan 2 orang
anaknya yang masih kecil yang ditinggal sementara di kampung halamannya, 800
mil jauhnya dari Melbourne..
Tapi lama-lama... mungkin dia mulai sadar kalau aku terlampau bersikap dan
sering memandang dirinya dengan cara yang TIDAK BIASA dilakukan oleh
teman-teman lelaki yang lainnya. (Ya tentu saja, aku begitu terpesona
berhadapan dengan cowok ganteng berbadan kekar yang macho dan amat menawan ini)
Ehh..,
mendadak Tom mengangkat sebelah tangannya yang besar :
"How do
you like the look of this" katanya sambil menunjuk ke arah tonjolah otot otot
kekar di lengannya.
"Looks
very strong" jawabku
gugup.
"Go
on" katanya
sambil tersenyum,
"Have a
feel" menyuruhku
menyentuhnya.
Aku memegang
dan mencengkram, Ooooh, terasa begitu keras, kuat dan penuh tenaga. Aku… aku…
makin terpesona..
"Kedua
tangan ini mampu memberi makan 4 anggota keluargaku and bisa membuatkan kamu
Steak yang enak”
katanya bangga.
Lalu Tom
mengangkat kemejanya keatas dan bicara lagi: “Dan lihat nih otot otot
dada dan perutku………”
“Errr..
maaf!, kamu tidak perlu memperlihatkan seberapa besar otot otot perut dan dada
kamu” aku mulai
merasa malu.
.
Tom memotong ucapanku: "Well, kenapa donk kamu memperhatikan
badanku segitu seriusnya??”
”Kamu suka cowok kan?”. Dia melihat langsung ke mataku
Aku
menggigil gugup.
Gile!,
Aku tahu dia
cowok straight, tapi ini Australia, mereka terbuka soal ini!.
Ah, kepalang tanggung kujawab sekenanya "Aku menganggap, kamu
sangat macho dan sexy”
Mendadak Tom menurunkan tangannya kearah bawah dan secara demonstratif
meremas tonjolan kukuh yang tersembunyi dibalik celana jeans ketatnya…,
Lalu tanpa kuduga Tom membuka ritsleting celana, merogoh dan memperlihatkan
batang kemaluan yang gemuk dengan bangga.
Aku terpana melihat sikapnya yang tak terduga itu.
Karena posisi meja kami yang di pojok, tak ada orang lain di kantin itu
yang bisa melihat perbuatan dia.
”Aku mampu menggauli 3 wanita sekaligus tiap malam” (I can fuck 3 girls every nite) katanya memancing.
”Benda ini mampu menghamili 30 wanita setiap bulannya”. Tambahnya lagi sambil meraih tanganku untuk meraba tonjolan ditengah
selangkangan dia.
”Coba rasakan beratnya isi biji bijiku”
Wah..!,
Ya, aku memang sungguh sungguh terpesona. Tapi aku justru
menjawab dengan bercanda.
"... dengan inseminasi buatan dan bantuan teknologi genetika, cairan
Sperma kamu mungkin mampu membuat 100 anak setiap bulannya!”
Dan Tom menjawab sambil mengangkat bahu:
”Ya mungkin saja. Dokter bilang benih-benihku sehat dan
sempurna untuk membuahi sel-sel telur di dalam rahim setiap wanita”
"TAPI AKU LAKI-LAKI....!" timpalku
Astaga!, kenapa aku berkata begitu?.
Tom juga tercekat sejenak, mencoba menebak maksud kata kataku.
Mendadak, aku sadar masih memegangi batang kemaluan dia.
“I know” jawabnya "But I
don’t mind fucking nice boy like you every night”
“Are you
serious?” tanyaku
dengan dada gemetar karena tak percaya mendengar perkataan bule ganteng yang
cowok-banget itu.
Tom berpikir sejenak mendengar tawaranku.
”KAMU MAU JADI SAPI BETINA-KU?”
Tanpa menunggu jawabanku, dia menyeret tanganku
“OK ayo kamu ikut ke kamarku“ ajaknya sambil tersenyum nakal.
---------------------------
SPERMA BERKWALITAS TERBAIK SEDUNIA
Didalam kamar, aku jadi tak sabaran menatap sebentuk benda
ditengah
selangkangannya…, sebongkah jendolan yang bener2 gedhe dan gemuk!, bahkan lebih
besar dari milik semua cowok yang pernah meniduri dan menggauliku.
Saat Tom
melepas celana dalamnya…, Edan!, Tom ternyata
cowok bule yang istimewa!.
Seperangkat alat kelamin dia memang amat dahsyat!. Mataku sampai
terpana melihat kedahsyatan yang berdiri tegak dihadapanku. Sungguh sungguh
besaaarrrr dan panjaaaang!. Ukuran yang tidak normal untuk kebanyakan lelaki,
bahkan lelaki bule juga!. Panjangnya mungkin 26 cm atau bahkan lebih,
dan amat gemuk seperti botol Aqua kecil, berotot dan alur alur uratnya terlihat
bertonjolan!. (ada yang penasaran?)
Sungguh!, inilah pertama kalinya aku melihat kontol laki laki XL
(extra large) sebesar ini!.
Pemandangan yang amat menggairahkan!.
Kontol dahsyat semacam ini tentunya sudah ratusan kali dipakai untuk
menyodok berbagai macam lubang.
Tapi aku tak
peduli semua itu!.
Aku tak
peduli walau Tom sudah ratusan kali ‘ML’ dengan belasan atau puluhan
cowok atau cewek.
Karena
penasaran, tanganku tak sabaran merogoh sebongkah batang itu…, tapi ehh..,
ternyata dia menepis tanganku dengan kasar…
Kontolnya yang mengacung-acung, dia genggam dihadapan wajahku dan dikocok
perlahan. Dasar cowok bule!, tidak sampai 5 detik, aliran darah mengalir deras dan
langsung kontolnya menegang makin keras dan ngaceng sampai ukuran maksimal!.
.
Wajahku menengadah minta dikasihani. Aku ingin segera
mengemut kontol Tom. Wajahku mungkin kelihatan seperti iba memohon. Aku duduk
sambil bersila dan memeluk sebelah pahanya.
Tom mengusap usapkan kepala kontolnya ke wajahnya, ke permukaan hidungku,
di kedua pelupuk mataku.
Lidahku menjulur julur kearah kontol Tom. Tapi belum boleh kumasukkan ke
mulutku yang menganga. Tom memukul mukulkan kontolnya dulu ke wajahku, ke
pipiku, ke kedua kelopak mataku,.
“Hahhh….” aku mengeluh ingin segera bisa mengemut lontong
mentah pujaanku. Aku ingin tenggorokanku segera disodok
.
Tom mengumpankan kedua biji telornya dan aku diisuruh ngemut dan menjilati
biji2 itu dengan kedua bibir dan lidahku.
“You want my cock bitch…?” pintanya..
“Say, you want my cock ..? you want to suck my cock ….?”
Entah mungkin karena sudah terrangsang, akhirnya Tom meraih kepalaku ke
arah selangkangannya :
”Now, you suck my cock Okay..”.
Direnggutnya kepalaku dengan kasar kemudian dengan paksa mukaku diangkat ke
arah selangkangannya dan langsung saja dia menjejalkannya kepala kontolnya yang
membengkak.
Wueekkk!. Spontan aku mual dan hampir muntah!, tapi kupaksakan diriku bertahan.
Maka Tom mendorong lagi ke dalam. Tapi aku langsung menggelepar, mau
muntah.
“hoouuqhhkk…..” “Nooo... too big.... too big..”
Tapi Tom ngotot terus menjejalkan kepala kontolnya lebih dalam, sehingga
seluruh kepalanya tercengkeram oleh tonggorokanku.
Mataku sampai membeliakkan dan nafasku memburu.
“Heehhgg…hehegg ..heggeeh ..heghehh….”
Tom menjejalkan lagi sehingga seluruh kepala kontolnya tenggelam dalam
cengkeraman tenggorokanku.
Dan pesona kedahsyatan kontol Tom ternyata merubahku jadi seperti ”sapi
betina” yang dicocok hidung. Akupun membuka mulutku dengan suka rela dan
membiarkan Tom mengentotkan kontolnya sampai kedalam tenggorokkanku, sehingga
aku beberapa kali tercekik karena saluran nafasku tersumbat!.
Aroma pekat yang berbau khas laki laki dan keperkasaan batang kontol yang
tertancap didalam kerongkonganku, membuatku kehilangan kontrol dan semakin
terbakar oleh nafsu birahi yang berkobar kobar.
Entah berapa lama Tom mengentoti mulutku sampai nafasku
terengah2, mataku membeliak, kedua tanganku mencengkeram pinggang Tom.
Dan setiap kali dia menarik dan menekan batangnya, aku
menggelepar, mau muntah. Wajahku mungkin merah. Urat2 darah di leherku muncul
kebiruan.
Siapapun yang tak sengaja melihat kejadian itu, mungkin mengira aku seorang
MANIAK-SEKS. Dan sepintas, aku memang kelihatan seperti memuja batang kontol lelaki
yang sedang kuhisap dan kujilati.
Suaraku terdengar seperti sedang mengerang, mendesah atau bergumam meracau,
padahal aku tersedak, tercekik dan kepayahan melahap kontol itu.
Saat sadar
Tom sedang berusaha mencapai puncak klimaks orgasmenya, aku mencoba bertahan,
tersedak dan tercekik oleh kontol yang menggempur tenggorokanku, air mataku
keluar tanpa terasa.
”Ready.....??!!” kata Tom.
”I want to cum.......... Oooogghhhhhh... I am cumming …!”
Tanganku
merasakan ada kedutan keras pada otot bawah batang kontolnya.
Cairan SPERMA yang panas dimuntahkan Tom bagai tembakan meriam!, kental,
panas dan membentur keras ke dalam relung relung mulutku!. Masuk deras dan
cepat…
Pada detik
itulah kusadari sebuah kenyataan yang sangat mengagetkan!!!.
Betapapun
kucoba, aku tetap tak siap menghadapi pengalaman pertama menerima semprotan air
mani cowok bule ini ke dalam mulutku.
Tak kuduga air mani Tom ternyata muncrat amat banyaaaaak sekali, SANGAT
BUANYAAAAKKKK..... sepertinya berliter liter.
“Jrottt…!, jrott…!!, jrottt…!!, jrott…!!!”,
Oooooggghhhhhqqewrkkk……
Tom berteriak histeris, melolong bak ANJING JANTAN yang telah MEMUASI
BETINANYA. Dia puncratkan sperma hangatnya jauh kedalam tenggorokanku.
Dan Tom
menyuntikkan sejumlah besar lendir pejuh yang luar biasa banyak!. Aku tersedak saat mulutku dibanjiri oleh cairan yang panas dan kental itu,
mengalir tak terbendung melewati tenggorokanku.
“Drink my cum... Drink my sperm!. Drink all ….” perintah Tom sambil terus menekan kepalaku lebih dalam agar mulutku
menampung seluruh cairan spermanya yang memancar itu.
Lendir sperma yang panas itu berhamburan membanjiri mulutku dan Tom terus
menekan kepalaku semakin keras, sehingga otomatis aku harus mereguk dan menelan
cairan pejuh Tom.
”You drink my cum bitch!! Drink bitch”
Kudengar dia berkata dan terus menyemburkan benih-benih sperma ke dalam
mulutku. Berliter liter rasanya
kuteguk cairan kental dari laki laki pemilik tubuhku..
Aku tak berdaya. Terpaksa melahap cairan sperma yang terasa kental,
licin, hangat, berbau khas sperma dan agak asin dan lumayan enaaaaaak
rasanya....,
Tapi aku heran, betapa mudahnya semua lendir kental itu tertelan olehku,
mengalir dengan lancar melalui tenggorokanku, reguk demi reguk. Dapat kurasakan
cairan sperma Tom di lidahku, rasanya agak asin, anyir, manis, licin, berlendir
kental, dan ternyata sangat enak juga rasanya.
”Wow!, good!, you drink my cum Bitch!!” kata Tom
dengan perasaan puas memandang aku yang begitu sibuk mereguk semprotan sperma
dia.
Aku mengusap bibirku dari sisa sisa air mani yang meleleh dari mulutku. Air
mataku tak tertahankan menetes ke pipiku, bukan menangis, tapi karena tersedak,
aroma yang kuat dari sperma laki laki yang kuminum masih tercium pekat dari
mulutku.
---------------------
DIJADIKAN ”SAPI BETINA”
Dari pengalaman Tom sebelumnya dan untuk menjaga segala kemungkinan
berontak atau lainnya karena pasti akan sakit, maka Tom mendekap ketiak,
tangan dan leherku sekaligus, dan kedua paha dan betisnya menindih pahaku,
sehingga aku sulit menggerakkan badan.
Sekarang Tom tahu korbannya sudah siap dientot, maka dikencangkannya
pelukan kedua tangannya sampai aku tak bisa lagi bergerak. Maka dengan pelan didorongkannya
kepala kontol raksasa ke dalam lobang anusku.
“ haaarrrgghh… it hurt Tom …. Wait……” sergahku.
Gerakan badanku menggeliat, meronta mau menghindar tapi tidak kuasa, karena
semua anggota badanku sudah terjepit. Lalu ditusuknya oleh Tom dan tembus
senjata laras panjang yang kepalanya jendol itu ke liang sanggamaku.
“ Haaaargghhhh…Tom…” aku terkejut dan kembali coba
meronta, tapi tak berhasil.
Aku berkeringat, menahan nafas dan rasa takut. Tetapi Tom mulai memainkan
kontolnya maju mundur sedikit dan perlahan.
Waktu itu aku meringis, mendesah. Mataku membelalak karena kesakitan dan
meronta ronta. Aku tersiksa, dan keringatku sudah basah kuyup.
“Please Tom ….. you hurt me …”” rintihku.
Tom hanya senyum, sadar korbannya sudah siap dengan serangan lanjutan. Maka sekali lagi dikencengin pelukannya, baik kaki maupun kedua
tangannya. Sambil dicium dan digamit leher dan bibirku, dipererat pelukan
kedua tangan, saat itu juga didesakkan lebih lanjut kontolnya yang baru sepucuk
masuk, menjadi lebih dalam.
“ Blessseehhtthh..”
“Haaghhh …hahaaaghh ..haghaahh ….please.. please…”
Aku berteriak kesakitan. Nafasku terengah2, mataku membalik, tanganku
menggapai gapai dan tubuhku menggelepar.
Dalam keadaan begitu, Tom memeluk aku dengan erat. Tom menciumiku, pipiku,
mulutku, kupingku sampai aku menggelinjang.
Tom mengunci selangkanganku dengan kedua pahanya sehingga tiada daya
dan tenaga lagi untukku berontak. Bersamaan dengan itu Tom menjejalkan
lagi kontolnya, seluruh batangannya. Mantab dan langsung nembus sampai ke
dasar.
“ Haaaarrgggghhh …. , ….hurt Tom… I am in pain…” rintihku dan sekali lagi usahanya untuk berontak tak berhasil lepas.
Aku makin mendesah takut kehabisan nafas. Mukaku penuh
dengan keringat, demikian juga sekujur tubuhku. Aku meronta, mengaduh,
napasku tersengal2, keringat mengucur basah kuyub. Jeritanku tidak kedengaran,
karena seluruh mulut dan kedua bibir dan lidahku dipagut oleh mulut Tom yang
mencengkeram dan menghisap.
Lalu Tom mulai menarik dan menenggelamkan batang kontolnya terus menerus
dan makin cepat. Aku menggeliat dan kembali berusaha berontak tapi
kembali Tom mempererat cengkramannya sambil membekap mulutku.
Aku jadi lemah dan makin melemah, memejamkan mata dan tidak lagi melawan.
Tom terus mengggojlok lagi lubangku dengan batang kontolnya, si lontong
mentah. Terasa oleh dia seperti ada lubang peranakan pas di ujung
menutupi lubang kepala kontolnya. Maka Tom makin nafsu. Pasti itu bukan lobang
peranakan karena aku adalah laki laki yang tak punya peranakan. Yang terasa
seperti cincin kecil melingkar itu pastilah perbatasan lubang uterus dengan
ujung usus halus dua belas jari.
Tom mendorongkan ujung kepala kontolnya ke cincin kecil yang lembut dan
kenyal itu. Cincin itu terasa sekali elastis dan lebih lembut.
Akhirnya
tertembus juga cincin anus itu dengan kepala kontol yang jendol segede telor
bebek itu, dan cincin itu menjepit dengan kencang tetapi lembut dan
terasa kulit kepala kontol menyentuh dinding yang sangat hangat,
lembut dan lunak tetapi kencang menggigit bahkan mencengkeram.
Inilah kenikmatan luar biasa yang tidak dimiliki pada istrinya. Pikir
Tom.
Tom memeluk erat tubuh telanjangku, kenikmatan luar biasa, napasnya tinggal
terengah-engah.
“ Haargghhh…” Aku sudah tak tahan lagi
merasakan penderitaan kesakitan. Nafasku tersengal2, keringat mengalir meleleh
disekujur tubuhku, pantat dan pahaku. Hanya mendesah dan kepalaku tergolek
kekiri dan kekanan, mataku setengah terbuka setengah tertutup.
“Tom …. Toooommm …..haaaagggghh…..” aku mendesah..
“pleaaaaaasssss …” mataku tak dapat lagi membuka.
Merasa sudah mantap penetrasinya, dan aku pun sudah tak berdaya, maka dihabiskanlah
seluruh batang kontol Tom yang sejengkal lebih itu ambles kedalam celah
selangkanganku. Akupun sudah tak bergerak lagi, lemas, pasrah, nafasku pelan,
mataku terpejam.
“ Toooommm …..” sebentar mataku terbuka sedikit
hanya untuk melihat wajah Tom, si cowok bule yang sadis itu.
Tom makin menjadi memompa memasukkan dan menarik kembali dari cincin kecil
dan lembut itu. Setiap kali kepala kontolnya melewati jepitan cincin nikmat
tersebut,
Aku mebelalak dan mendesis kesakitan.
“ Toomm …… stop …..it hurt Tom ……” Aku
menghiba. Makin sering digojlok, dan makin cepat aku merasakan siksaan
duniawi.
Yang semula satu persatu dilakukan Tom dengan hati2, sekarang semakin cepat
gak dihitung lagi. Setiap tiga empat kali berhenti, tapi sekarang sogok terus
gak dihitung lagi.
Ah... wajah aku ketakutan, ekspresi wajahku menampakkan penderitaan yang
luar biasa. Ekspresi wajah laki laki yang baru pertama kali diperawani
oleh cowok bule perkasa.
Tom menyeringai seram, tanda puas karena berhasil merengut keperawanan
seorang cowok Asia. Tom mempermainkan, merobek dan menjarah tubuh mungilku
dengan kasar.
“I want to
make baby inside you…. …”
Rongga
anusku terasa nyeri dan lelah karena Tom sudah menggagahinya hampir 1 jam. Tapi
aku akan melakukan apa saja untuk membahagiakan Tom.
Air mataku
menetes. Tapi tentu saja Tom tidak menyadari hal ini.
Sedangkan
Tom merasakan sensasi kenikmatan yang luar biasa. Seluruh tubuh ular besar itu
bergerak dengan kasar di dalam duburku. Berkali-kali kepala jamur raksasa itu
menyentuh titik kenikmatan jauh di dalam anusku.
Setelah
seratus kali tusukan lebih Tom berubah wajah, uratnya menonjol. Dia merasa
sudah waktunya akan membuahi peranakanku.
Aku pun tinggal pasrah saja sambil tersengal2.
Dan pada saat itu oleh Tom disahutnya dengan mulutnya, telinga kiriku
oleh mulut Tom seperti elang menyambar anak ayam. Digigit dan dilumat kuping ku
itu sehingga aku yang pasrah luar biasa, badanku menggelinjang menggelepar luar
biasa.
Dan saat itulah tanpa dapat dikontrol, dari kontolku yang ngaceng muncrat
air pejuh yang putih.
CREEEETTTTT .... CREEETTTT.... CRREEETTTTT....
“Aaaaahhhhhhhhhhhh……..” Aku mengalami klimaks. Saat
cipratan demi cipratan air maniku mengucur keluar, otot-otot anusku pun
bereaksi dengan memijat, menyusu dan mencengkeram alat vital Tom lebih erat
lagi.
Jepitan
kencang itu dengan semena-mena telah memaksa Tom menuju nirwana ke tujuh malam
itu. Tetes keringat bercucuran dari peningnya. Ia mempercepat gerakannya,
menurunkan tubuhnya sehingga bersatu dengan tubuhku.
Bersamaan dengan itu disogok habis lubangku dengan seluruh batang kontol
Tom sahingga menembus cincin dalam, dan kenikmatan luar biasa itu menjadikan
Tom tak sanggup lagi menahan diri dan muncrat hangat dan keras sampai di dalam
lubangku.
JROOOTT... JROOOTTT... JROOOTTT....
“Please Tom.. . Please stop …”
Rasa panas
luar biasa aku rasakan di dalam perutku. Burung yang besar itu telah menamkan
benih cintanya pada diriku. Diriku terasa sangat penuh.
Aku lemes dan Tom pun rebah di sampingku kelelahan.
Dari tadi tengah malam sampai jam 3 subuh, dua jam lebih aku dijajah dan
dilalap habis sama Tom si jahanam.
-----------------------
KUMPUL KEBO
Akhirnya…,
selama 1 bulan itu, Tom menyuruhku tinggal sekamar dengan dia.
Dan Tom
memperlakukan aku sebagai wanita, atau pengganti istrinya, atau lebih tepatnya:
sebagai “SAPI BETINA” miliknya, setiap malam!.
Aku memang Gay, Tidak selalu sebagai pihak bottom,
Tapi Tom benar benar pejantan tangguh yang hebat!.
Tampan, kekar, stamina tinggi, selalu penuh bergairah dan gede nafsu!!.
Aku sungguh sungguh menikmati perasaan tak berdaya setiap kali dia
mendominasi aku dan menuntut aku untuk berperan sebagai bottom untuk melayani
hasratnya.
Setiap malam sehabis acara pameran, Tom menyeret aku ke dalam kamarnya,
lalu menyergap tubuhku dan menyetubuhi aku untuk melampiaskan nafsu birahinya
Kakaknya tahu, aku dijadikan ”peliharaan” oleh Tom selama sebulan itu di dalam
kamarnya. Teman2nya juga hanya tertawa setiap kali melihat Tom menyeret aku
setiap malam kedalam kamarnya
Hanya teman2-ku dari Indonesia yang mencibir setelah mengetahui aku adalah
seorang Gay yang dijadikan ”simpanan” cowok bule.
Tapi aku bangga walau tubuh telanjangku hanya dipakai untuk kesenanganan
dirinya saja
Dimabuk kepayang oleh kedahsyatan permainan cintanya, aku tak peduli kalau
saluran anusku mengalami kerusakan yang fatal akibat gempuran batang kejantanan
Tom yang berukuran luar biasa. Meninggalkan bekas yang tak terhapuskan seumur
hidupku, dan tak mungkin terlupakan..
Sekujur
tubuhku dan setiap tetes darahku rasanya sudah penuh dialiri oleh lendir
benih-benih Sperma Tom (yang langsung dia tanamkan ke dalam tubuhku atau
sengaja dia suruh minum ke dalam mulutku),
Tentu,
karena bertentangan dengan genetika kelelakiannya, Tom tidak mungkin menghamili
aku seperti terhadap kaum wanita, tapi benih-benih Sperma yang dia semburkan
setiap malam, memberiku kecukupan SUMBER PROTEIN KWALITAS TERBAIK yang
diproduksi oleh tubuh laki laki perkasa.
Oh Tom, apakah semua laki laki sedahsyat kamu?.
Apakah kamu
masih mengingat aku?. .
TAMAT
Langganan:
Postingan (Atom)