Sabtu, 31 Maret 2012

abg VS Gigolo

Jam sebelas lebih sepuluh. Itu artinya, sudah hampir satu jam aku dibuat menunggu oleh Michael. Aku tak habis pikir, ini sudah yang ketiga kalinya aku melayani anak bos itu, dan tiap kali selalu saja ia datang telat dari janji yang dibuatnya sendiri. Kalau dibilang ia segan menemuiku, sangatlah tidak mungkin, mustahil, kami saling menyukai, dia menyukai tubuhku dan aku menyukai uangnya. Kalau ia kapok, ia pasti tak akan “memanggil”-ku lagi, apalagi sampai tiga kali.

Tapi sebagai seorang pekerja yang baik, aku memang harus siap menghadapi pelanggan semacam Michael, aku tak boleh banyak protes. Aku pun ingin bekerja secara “profesional” seperti apa yang sering didengungkan oleh orang-orang yang duduk di kantoran. Kurasa, profesionalisme bukan hanya milik sebagian orang saja, seorang pekerja seks-pun pasti akan lebih laris kalau ia bekerja secara profesional. Benar tidak? Karena itu, aku menurut saja ketika kemarin malam, Michael memintaku datang jam setengah sebelas di hotel ini, tempat kami biasa check-in sebelum ini, sebuah hotel yang sewa kamarnya saja mencapai tarif 600 ribu semalam.

“Sudah lama nunggunya?” tiba-tiba Michael menepuk pundakku dari belakang sampil tersenyum padaku, memamerkan kedua lesung pipinya yang luar biasa menawan.
Michael memang remaja yang ganteng, aku akui. Sekilas, orang tak akan menyangka kalau orientasi seks-nya lebih kepada sesama laki-laki daripada kepada lawan jenisnya. Kulitnya putih dan badannya bersih, belum lagi bodinya yang ramping dan penampilannya yang sangat cool. Tak berlebihan, jika aku lantas mulai menyukainya juga, meski sebelumnya aku tak pernah benar-benar menyukai laki-laki. Aku sebenarnya terlahir sebagai lelaki normal, namun mungkin karena profesiku inilah yang terkadang menuntutku untuk melakukan “kontak” dengan lelaki, yang pada akhirnya membuat orientasi “seks”-ku menjadi kacau.

“Yah, lumayan lama juga nunggunya. Hampir satu jam. Kenapa telat?” tanyaku seraya bangkit dari sofa di lobby hotel, tempat aku menunggu sejak satu jam yang lalu. Kami lantas berjalan beriringan mendekati meja resepsionis untuk selanjutnya menuju sebuah kamar di lantai tiga yang sudah di-booking Michael.

“Sorry, aku baru pulang clubbing.” sahut Michael sambil merangkulku. Sudah biasa, kalau remaja kota seumuran Michael yang masih kelas 2 SMU sering menghabiskan waktunya keluyuran bersama teman-temannya, ia selalu menyebutnya “clubbing”. Entahlah, apa saja yang mereka lakukan di luar sana, aku tak begitu peduli, lagipula itu bukan urusanku.

Ketika kami berdua menyusuri lorong lantai tiga, Michael tampaknya sudah mulai tak sabar melepaskan hasratnya, ia merangkulku lebih erat. Kali ini bukan di pundak, namun di pinggangku. Dan tangan kirinya yang mulai gatal, mengelus-elus perutku. Sesekali ia menciumi lengan dan leherku. Untung saja, lorong hotel itu begitu sepi dan tak ada seorangpun yang melihatnya. Tak berapa lama kemudian, tibalah kami di depan pintu kamar 335. Michael langsung memasukkan anak kunci ke lubangnya, dan kemudian memutarnya untuk membuka pintu. Setelah kami masuk, Michael langsung mengunci kembali pintu kamar.

Di balik pintu itulah, Michael langsung memelukku. Kami saling berpagutan lidah satu sama lain untuk beberapa lama. Aku mulai merasakan sentuhan bibir hangatnya melekat di bibirku. Michael memang hebat sekalipun usianya masih belia, bahkan terpaut lima tahun lebih muda dariku, tapi untuk urusan yang satu ini, ia seperti seorang yang sudah sangat berpengalaman.

Aku lantas membimbing Michael menuju kasur empuk yang ada di dalam kamar itu, aku membanting tubuhnya, menindihnya sambil tetap berpagutan satu sama lain. Tak puas sampai di sana, tanganku mulai beraksi mempreteli satu per satu pakaian yang melekat di tubuh Michael, T-shirt merahnya, sampai kaos oblong yang dipakainya. Lalu, aku mulai melonggarkan sabuk kulitnya untuk mempermudah memelorotkan celana jeans yang dipakai Michael. Sepatu sportnya pun tak ketinggalan, ku tanggalkan juga. Tak ada selembar pakaian pun yang kusisakan selain celana dalam putih dan kaus kaki yang dipakainya, dan luar biasanya ia malah tampak lebih tampan dengan keadaan telanjang seperti itu, apalagi dengan seuntai kalung emas yang berkilatan melingkar di lehernya. Dan kini, pemandangan indah itu terbentang tepat di depan mataku.

Michael pun tak mau kalah, ia juga melucuti pakaianku satu per satu. Aku malah dibuatnya telanjang bulat. Lalu, ia membalikkan tubuhku dalam posisi telentang. Michael mengangangkan kakiku sedikit lebih lebar dan kemudian ia menghisap batang rudalku. Dikulumnya dan dibawanya keluar masuk mulutnya, sampai sepanjang penisku basah oleh air liurnya.Aku mengerang, sambil merasakan gigitan-gigitan nakalnya di penisku, bahkan sampai ke buah pelirku. Sesekali ia mencengkeram penisku dan menjilati ujungnya dan bagian kulupnya bergantian. Aku tak tahan merasakan rasa geli di bagian bawah sana, geli yang bercampur nikmat.

Setelah tiba giliranku, maka aku pun berbuat tak kalah liar dengan apa yang dilakukan Michael tadi. Aku pun menikmati batang kejantanan Michael yang panjangnya tak kurang dari 15 cm itu dengan bulu-bulu halus yang mulai memanjang yang tumbuh liar di seputar kemaluannya. Aku memberikan servis terbaikku untuk pelangganku yang satu ini, karena aku memang mulai menyukainya. Bahkan untuk dia, sekalipun aku tak dibayar kali ini, aku rela. Tapi Michael bukan tipe orang yang suka diberi servis gratis, ia sangat mengerti, kalau aku hidup dari bekerja seperti ini, kalau tak dibayar, maka aku tak dapat uang hari ini.

Malam itu kami bertempur habis-habisan. Aku tak bisa menceritakan semuanya secara detail, karena selebihnya dari foreplay itu, aku tak ingat lagi secara detail apa saja yang kami lakukan. Yang jelas, kami melakukan yang lebih baik dari pertemuan sebelumnya, bahkan saat kami mulai mandi bersama untuk membersihkan badan seusai bertempur, jam dinding di kamar hotel sudah menunjukkan pukul 4 pagi.

“Kau mau kuantar pulang?” kata Michael esok siangnya selepas kami bangun tidur.
Ia berbaring disisiku dan menggenggam sebelah tanganku. Dengan setengah mengantuk, aku membalikkan badanku berhadapan dengan Michael.
“Tak usah repot-repotlah. aku naik taksi saja, ok?” sahutku dengan suara lemah.

Michael kemudian berbalik, ia mengambil celana jeansnya yang tergeletak di meja dekat kasur dan kemudian mengambil dompetnya. Kemudian ia menyodorkan sepuluh lembar uang seratus ribuan kepadaku. Lagi-lagi, ia tersenyum, aku juga balas tersenyum sambil menerima uang jasaku untuk semalam, “trims.”

“Kau yakin tak mau diantar? Tak keberatan kan kalau aku ke tempat kosmu?” tanya Michael sekali lagi. Sesaat aku hanya diam, aku mengelus muka Michael yang bersih.

“Maaf aku tak bisa menerima tawaranmu. Lebih baik jika kamu tidak tahu dimana kosku, kau bisa menelponku lagi jika butuh servisku. atau barangkali untuk sekedar melepas kangen.” gurauku.

“Kalau begitu, aku masih butuh servismu satu hari ini lagi, bagaimana?”

“Memangnya kamu nggak pulang? nggak dicari orang tua nih?”

“Orangtuaku di luar kota, jadi aku punya sedikit kebebasan.”

“Okelah kalau begitu. Aku juga kebetulan nggak ada janji hari ini,”

Jadilah selama dua hari itu aku menemani Michael yang “kesepian” ditinggal oleh orang tuanya. Jam sebelas siang, kami beranjak dari kasur dan mandi. Bahkan ketika kami di dalam bath tub pun, kami masih tak cukup puas untuk menyalurkan hasrat kami masing-masing. Dalam keadaan yang sama-sama telanjang bulat, kami bergumul di dalam bath tub yang sempit itu. Asyik dan jauh lebih seru daripada semalam, dengan bermandikan busa-busa sabun yang melumasi badan kami saat itu.

“Vian, aku mau ngoral.” pinta Michael sambil meremas batang rudalku di dalam air hangat yang memenuhi bath tub. Aku pun menurut saja, apalagi rudalku saat itu sudah melesak karena full ereksi dengan panjangnya yang 15 cm itu, tak jauh beda dengan punya Michael.

Aku menarik badanku, merangsek ke bibir bath tub dan duduk di atasnya. Muka Michael di dekatkan ke kepala penisku, makin lama makin dekat, dan akhirnya, “Plok.”
Michael mencaplok penisku, kemudian menghisapnya maju mundur dengan nikmatnya. Otomatis, aku tak kuasa menahan kenikmatan yang kurasakan saat itu, aku mendesah, mengerang dan menggelinjang sambil menikmati permainan Michael.

Michael cukup lama mengoralku saat itu.

“Kau liar juga, Mich.” kataku sambil mengelus rambutnya, sambil sesekali mendorong perlahan kepalanya untuk memasukkan penisku ke dalam mulutnya yang mungil.
Michael melirikku dari bawah sana, ia hanya tersenyum menanggapi kata-kataku barusan.

Setelah Michael puas mengoralku, sampai spermaku pun muncrat memenuhi mukanya, aku mengangkat tubuh Michael, kemudian mendudukkannya di tempat dimana aku duduk tadi.

“Sekarang giliranku.” kataku sembari mencengkeram penis Michael yang keras membatu.
Michael pun pasrah saja, ketika aku mulai memasukkan penisnya yang kemerahan dan tak bersunat itu ke dalam mulutku, menghisapnya dengan berirama keluar masuk mulutku. Lama kelamaan, kurasakan penis Michael makin kenyal seiring dengan cairan hangat yang kurasakan menyemprot masuk dari penis Michael ke dalam kerongkonganku. Sampai-sampai aku dibuat tersedak karenanya.

“Vian, minggu depan aku akan ke Paris, ke tempat Opaku. Namun, mungkin aku tak akan kembali kemari sampai libur natal nanti.” kata Michael sesaat setelah kami memutuskan untuk beristirahat di dalam rendaman air hangat. Kami saat itu duduk berhadapan di dalam bath tub, aku memandang Michael dengan tatapan penuh tanda tanya. Apakah ini berarti aku akan kehilangan satu pelanggan setiaku lagi.

“I”m sorry. Aku akan melanjutkan SMU-ku di Jerman. Mulai bulan depan, awal semester baru disana. Sebenarnya, berat juga meninggalkan teman-temanku di sini, tapi mau bagaimana lagi? Aku terpaksa.” tutur Michael dengan muka muram.
Saat itu, barulah terlihat tekanan batin yang ia rasakan saat ia harus mengikuti kemauan orang tuanya. Michael banyak bercerita tentang watak kedua orang tuanya yang keras, sehingga dari sana pula, aku dapat mengambil sebuah kesimpulan bahwa Michael termasuk salah satu dari jutaan anak yang kurang mendapat pelukan kasih sayang dari seorang ayah, mirip dengan kisah perjalanan hidupku yang besar tanpa tahu siapa ayahku.

Dari kurangnya kasih sayang itulah, Michael lantas mencoba mencari kasih sayang di luar dengan caranya sendiri dengan memanfaat fasilitas materi yang diberikan oleh orang tuanya. Ia memang termasuk kaya untuk ukuran anak seusianya, meski semua yang ia miliki adalah kepunyaan bapaknya.

Dengan pekerjaanku ini, entah sudah berapa banyak aku menemui orang-orang yang seperti Michael, baik pria atau pun wanita. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang kesepian, mengalami kehampaan hidup, dan berusaha memperolehnya dariku. Padahal aku sendiri, kalau mau jujur, aku pun adalah seorang yang sangat kesepian, terkadang aku malah berpikir bahwa hidupku ini tak ubahnya seperti sampah yang berbau busuk, bahkan sudah tak ada harganya lagi. Untung saja, sepak terjangku di dunia hitam ini tak sampai menyisakan penyakit kelamin bagiku, jika tidak, aku bukan hanya hidup sebagai sampah, namun mati pun akan sebagai sampah.

Berpisah dari Michael sebenarnya juga menjadi penolong bagiku untuk lepas dari profesiku sebagai gigolo. Beberapa bulan setelah kepergian Michael, aku pun memutuskan untuk meninggalkan kota ini. Dengan sisa tabunganku, aku merantau untuk bekerja di negeri kangguru sampai detik ini, namun tentunya tak lagi mengulang statusku yang lama, pekerjaanku benar-benar halal.


E N D

sapi betina


Waktu itu aku baru saja 1 tahun kuliah di AUSTRALIA mengambil mata kuliah Agriculture jurusan Teknologi Rekayasa Genetk. 

Aku datang mengunjungi pameran pertanian & peternakan terbesar di dunia yang diadakan 2 tahun sekali selama 1 bulan penuh: “Morrington Country Fair”. 

Anyway, di pameran itulah sejak puluhan tahun, ratusan peternak biasa memamerkan dengan penuh kebanggaan ternak-ternak terhebat yang mereka kembang biakkan di peternakan mereka di berbagai sudut benua Australia..

Dan dalam acara pembukaan pameran itulah, aku PERTAMA KAMI MELIHAT dan ketemu dengan DIA, pada saat aku baru mengambil makanan di kantin; sedangkan dia minum Bir di sebelahku, sama sama berdiri di meja bar kantin yang terletak agak dipojok, jauh dari ruangan utama..

Cowok bule muda berumur 28-an tahun itu tingginya hampir 185cm, berotot dengan tubuh kekar, dada yang bidang dan wajah yang ganteng. Dia menghadap ke arahku dan mengucapkan salam terlebih dahulu:
”Hello mate” katanya sambil memperlihatkan senyum yang amat luar biasa.

"Hi" jawabku.

Setelah berkenalan dan ngobrol kesana kemari, kami merasa jadi dekat (atau aku yang merasa sok akrab?) dan sekarang aku tahu nama dia: TOM CUTTER.. Dia datang bersama KAKAK LELAKINYA untuk mengikuti pameran dan mempertontonkan ternak2 mereka dari ranch mereka.


  ----------------- 

TOM CURIGA KALAU AKU GAY

Sejak awal, aku memang tidak berniat macam2 terhadap TOM. Dia laki laki normal yang TERLALU STRAIGHT!, terlalu cowok!. Jadi kami hanya membicarakan Rekayasa Genetik dan dia bercerita tentang istri dan 2 orang anaknya yang masih kecil yang ditinggal sementara di kampung halamannya, 800 mil jauhnya dari Melbourne..

Tapi lama-lama... mungkin dia mulai sadar kalau aku terlampau bersikap dan sering memandang dirinya dengan cara yang TIDAK BIASA dilakukan oleh teman-teman lelaki yang lainnya. (Ya tentu saja, aku begitu terpesona berhadapan dengan cowok ganteng berbadan kekar yang macho dan amat menawan ini)

Ehh.., mendadak Tom mengangkat sebelah tangannya yang besar :
"How do you like the look of this" katanya sambil menunjuk ke arah tonjolah otot otot kekar di lengannya.

"Looks very strong" jawabku gugup.

"Go on" katanya sambil tersenyum,
"Have a feel" menyuruhku menyentuhnya.

Aku memegang dan mencengkram, Ooooh, terasa begitu keras, kuat dan penuh tenaga. Aku… aku… makin terpesona..

"Kedua tangan ini mampu memberi makan 4 anggota keluargaku and bisa membuatkan kamu Steak yang enak”  katanya bangga.

Lalu Tom mengangkat kemejanya keatas dan bicara lagi: “Dan lihat nih otot otot dada dan perutku………”

“Errr.. maaf!, kamu tidak perlu memperlihatkan seberapa besar otot otot perut dan dada kamu” aku mulai merasa malu.
.
Tom memotong ucapanku: "Well, kenapa donk kamu memperhatikan badanku segitu seriusnya??”
”Kamu suka cowok kan?”. Dia melihat langsung ke mataku

Aku menggigil gugup.
Gile!,
Aku tahu dia cowok straight, tapi ini Australia, mereka terbuka soal ini!.

Ah, kepalang tanggung kujawab sekenanya "Aku menganggap, kamu sangat macho dan sexy”

Mendadak Tom menurunkan tangannya kearah bawah dan secara demonstratif meremas tonjolan kukuh yang tersembunyi dibalik celana jeans ketatnya…,

Lalu tanpa kuduga Tom membuka ritsleting celana, merogoh dan memperlihatkan batang kemaluan yang gemuk dengan bangga.

Aku terpana melihat sikapnya yang tak terduga itu.
Karena posisi meja kami yang di pojok, tak ada orang lain di kantin itu yang bisa melihat perbuatan dia.

”Aku mampu menggauli 3 wanita sekaligus tiap malam” (I can fuck 3 girls every nite) katanya memancing.

”Benda ini mampu menghamili 30 wanita setiap bulannya”. Tambahnya lagi sambil meraih tanganku untuk meraba tonjolan ditengah selangkangan dia.
”Coba rasakan beratnya isi biji bijiku”

Wah..!,
Ya, aku memang sungguh sungguh terpesona. Tapi aku justru menjawab dengan bercanda. 
"... dengan inseminasi buatan dan bantuan teknologi genetika, cairan Sperma kamu mungkin mampu membuat 100 anak setiap bulannya!”

Dan Tom menjawab sambil mengangkat bahu:
”Ya mungkin saja.   Dokter bilang benih-benihku sehat dan sempurna untuk membuahi sel-sel telur di dalam rahim setiap wanita”

"TAPI AKU LAKI-LAKI....!" timpalku
Astaga!, kenapa aku berkata begitu?.

Tom juga tercekat sejenak, mencoba menebak maksud kata kataku.

Mendadak, aku sadar masih memegangi batang kemaluan dia.

“I know”  jawabnya "But I don’t mind fucking nice boy like you every night”

“Are you serious?” tanyaku dengan dada gemetar karena tak percaya mendengar perkataan bule ganteng yang cowok-banget itu.

Tom berpikir sejenak mendengar tawaranku.
”KAMU MAU JADI SAPI BETINA-KU?”

Tanpa menunggu jawabanku, dia menyeret tanganku
“OK ayo kamu ikut ke kamarku“ ajaknya sambil tersenyum nakal.


  ---------------------------

SPERMA BERKWALITAS TERBAIK SEDUNIA

Didalam kamar, aku jadi tak sabaran menatap sebentuk benda
ditengah selangkangannya…, sebongkah jendolan yang bener2 gedhe dan gemuk!, bahkan lebih besar dari milik semua cowok yang pernah meniduri dan menggauliku.

Saat Tom melepas celana dalamnya…,  Edan!, Tom ternyata cowok bule yang istimewa!.

Seperangkat alat kelamin dia memang amat dahsyat!.  Mataku sampai terpana melihat kedahsyatan yang berdiri tegak dihadapanku. Sungguh sungguh besaaarrrr dan panjaaaang!. Ukuran yang tidak normal untuk kebanyakan lelaki, bahkan lelaki bule juga!. Panjangnya mungkin 26 cm atau bahkan lebih, dan amat gemuk seperti botol Aqua kecil, berotot dan alur alur uratnya terlihat bertonjolan!. (ada yang penasaran?)

Sungguh!, inilah pertama kalinya aku melihat kontol laki laki XL (extra large) sebesar ini!.  
Pemandangan yang amat menggairahkan!. 
Kontol dahsyat semacam ini tentunya sudah ratusan kali dipakai untuk menyodok berbagai macam lubang.
Tapi aku tak peduli semua itu!.
Aku tak peduli walau Tom sudah ratusan kali ‘ML’ dengan belasan atau puluhan cowok atau cewek.

Karena penasaran, tanganku tak sabaran merogoh sebongkah batang itu…, tapi ehh.., ternyata dia menepis tanganku dengan kasar…


Kontolnya yang mengacung-acung, dia genggam dihadapan wajahku dan dikocok perlahan.  Dasar cowok bule!, tidak sampai 5 detik, aliran darah mengalir deras dan langsung kontolnya menegang makin keras dan ngaceng sampai ukuran maksimal!.
.
Wajahku menengadah minta dikasihani. Aku ingin segera mengemut kontol Tom. Wajahku mungkin kelihatan seperti iba memohon. Aku duduk sambil bersila dan memeluk sebelah pahanya.

Tom mengusap usapkan kepala kontolnya ke wajahnya, ke permukaan hidungku, di kedua pelupuk mataku.

Lidahku menjulur julur kearah kontol Tom. Tapi belum boleh kumasukkan ke mulutku yang menganga. Tom memukul mukulkan kontolnya dulu ke wajahku, ke pipiku, ke kedua kelopak mataku,.

“Hahhh….” aku mengeluh ingin segera bisa mengemut lontong mentah pujaanku. Aku ingin tenggorokanku segera disodok
.
Tom mengumpankan kedua biji telornya dan aku diisuruh ngemut dan menjilati biji2 itu dengan kedua bibir dan lidahku.
“You want my cock bitch…?” pintanya..
“Say, you want my cock ..? you want to suck my cock ….?”

Entah mungkin karena sudah terrangsang, akhirnya Tom meraih kepalaku ke arah selangkangannya :
”Now, you suck my cock Okay..”.

Direnggutnya kepalaku dengan kasar kemudian dengan paksa mukaku diangkat ke arah selangkangannya dan langsung saja dia menjejalkannya kepala kontolnya yang membengkak.

Wueekkk!. Spontan aku mual dan hampir muntah!, tapi kupaksakan diriku bertahan.

Maka Tom mendorong lagi ke dalam. Tapi aku langsung menggelepar, mau muntah.
“hoouuqhhkk…..” “Nooo... too big.... too big..”

Tapi Tom ngotot terus menjejalkan kepala kontolnya lebih dalam, sehingga seluruh kepalanya tercengkeram oleh tonggorokanku. 
Mataku sampai membeliakkan dan nafasku memburu.

“Heehhgg…hehegg ..heggeeh ..heghehh….”

Tom menjejalkan lagi sehingga seluruh kepala kontolnya tenggelam dalam cengkeraman tenggorokanku.
Dan pesona kedahsyatan kontol Tom ternyata merubahku jadi seperti ”sapi betina” yang dicocok hidung. Akupun membuka mulutku dengan suka rela dan membiarkan Tom mengentotkan kontolnya sampai kedalam tenggorokkanku, sehingga aku beberapa kali tercekik karena saluran nafasku tersumbat!.

Aroma pekat yang berbau khas laki laki dan keperkasaan batang kontol yang tertancap didalam kerongkonganku, membuatku kehilangan kontrol dan semakin terbakar oleh nafsu birahi yang berkobar kobar.

Entah berapa lama Tom mengentoti mulutku sampai nafasku terengah2, mataku membeliak, kedua tanganku mencengkeram pinggang Tom.

Dan setiap kali dia menarik dan menekan batangnya, aku menggelepar, mau muntah. Wajahku mungkin merah. Urat2 darah di leherku muncul kebiruan.

Siapapun yang tak sengaja melihat kejadian itu, mungkin mengira aku seorang MANIAK-SEKS. Dan sepintas, aku memang kelihatan seperti memuja batang kontol lelaki yang sedang kuhisap dan kujilati.

Suaraku terdengar seperti sedang mengerang, mendesah atau bergumam meracau, padahal aku tersedak, tercekik dan kepayahan melahap kontol itu.

Saat sadar Tom sedang berusaha mencapai puncak klimaks orgasmenya, aku mencoba bertahan, tersedak dan tercekik oleh kontol yang menggempur tenggorokanku, air mataku keluar tanpa terasa.

”Ready.....??!!” kata Tom.
”I want to cum.......... Oooogghhhhhh...  I am cumming …!”

Tanganku merasakan ada kedutan keras pada otot bawah batang kontolnya.

Cairan SPERMA yang panas dimuntahkan Tom bagai tembakan meriam!, kental, panas dan membentur keras ke dalam relung relung mulutku!. Masuk deras dan cepat…

Pada detik itulah kusadari sebuah kenyataan yang sangat mengagetkan!!!.

Betapapun kucoba, aku tetap tak siap menghadapi pengalaman pertama menerima semprotan air mani cowok bule ini ke dalam mulutku.

Tak kuduga air mani Tom ternyata muncrat amat banyaaaaak sekali, SANGAT BUANYAAAAKKKK..... sepertinya berliter liter.

“Jrottt…!, jrott…!!, jrottt…!!, jrott…!!!”,
Oooooggghhhhhqqewrkkk……
Tom berteriak histeris, melolong bak ANJING JANTAN yang telah MEMUASI BETINANYA. Dia puncratkan sperma hangatnya jauh kedalam tenggorokanku.

Dan Tom menyuntikkan sejumlah besar lendir pejuh yang luar biasa banyak!. Aku tersedak saat mulutku dibanjiri oleh cairan yang panas dan kental itu, mengalir tak terbendung melewati tenggorokanku.

“Drink my cum... Drink my sperm!. Drink all ….” perintah Tom sambil terus menekan kepalaku lebih dalam agar mulutku menampung seluruh cairan spermanya yang memancar itu.

Lendir sperma yang panas itu berhamburan membanjiri mulutku dan Tom terus menekan kepalaku semakin keras, sehingga otomatis aku harus mereguk dan menelan cairan pejuh Tom.

You drink my cum bitch!! Drink bitch
Kudengar dia berkata dan terus menyemburkan benih-benih sperma ke dalam mulutku.   Berliter liter rasanya kuteguk cairan kental dari laki laki pemilik tubuhku..

Aku tak berdaya. Terpaksa melahap cairan sperma yang terasa kental, licin, hangat, berbau khas sperma dan agak asin dan lumayan enaaaaaak rasanya...., 

Tapi aku heran, betapa mudahnya semua lendir kental itu tertelan olehku, mengalir dengan lancar melalui tenggorokanku, reguk demi reguk. Dapat kurasakan cairan sperma Tom di lidahku, rasanya agak asin, anyir, manis, licin, berlendir kental, dan ternyata sangat enak juga rasanya.

”Wow!, good!, you drink my cum Bitch!!”  kata Tom dengan perasaan puas memandang aku yang begitu sibuk mereguk semprotan sperma dia.

Aku mengusap bibirku dari sisa sisa air mani yang meleleh dari mulutku. Air mataku tak tertahankan menetes ke pipiku, bukan menangis, tapi karena tersedak, aroma yang kuat dari sperma laki laki yang kuminum masih tercium pekat dari mulutku.


  ---------------------

DIJADIKAN ”SAPI BETINA”

Dari pengalaman Tom sebelumnya dan untuk menjaga segala kemungkinan berontak atau lainnya karena pasti akan sakit, maka Tom  mendekap ketiak, tangan dan leherku sekaligus, dan kedua paha dan betisnya menindih pahaku, sehingga aku sulit menggerakkan badan.

Sekarang Tom tahu korbannya sudah siap dientot, maka dikencangkannya pelukan kedua tangannya sampai aku tak bisa lagi bergerak. Maka dengan pelan didorongkannya kepala kontol raksasa  ke dalam lobang anusku.

“ haaarrrgghh… it hurt Tom …. Wait……” sergahku.

Gerakan badanku menggeliat, meronta mau menghindar tapi tidak kuasa, karena semua anggota badanku sudah terjepit. Lalu ditusuknya oleh Tom dan tembus senjata laras panjang yang kepalanya jendol itu ke liang sanggamaku.

“ Haaaargghhhh…Tom…” aku terkejut dan kembali coba meronta, tapi tak berhasil.
Aku berkeringat, menahan nafas dan rasa takut. Tetapi Tom mulai memainkan kontolnya maju mundur sedikit dan perlahan.

Waktu itu aku meringis, mendesah. Mataku membelalak karena kesakitan dan meronta ronta. Aku tersiksa, dan keringatku sudah basah kuyup.

“Please Tom ….. you hurt me …”” rintihku.

Tom hanya senyum, sadar korbannya sudah siap dengan serangan lanjutan. Maka sekali lagi dikencengin pelukannya, baik kaki maupun kedua tangannya.  Sambil dicium dan digamit leher dan bibirku, dipererat pelukan kedua tangan, saat itu juga didesakkan lebih lanjut kontolnya yang baru sepucuk masuk, menjadi lebih dalam.

“ Blessseehhtthh..”

“Haaghhh …hahaaaghh ..haghaahh ….please.. please…”
Aku berteriak kesakitan.  Nafasku terengah2, mataku membalik, tanganku menggapai gapai dan tubuhku menggelepar.

Dalam keadaan begitu, Tom memeluk aku dengan erat. Tom menciumiku, pipiku, mulutku, kupingku sampai aku menggelinjang.

Tom mengunci selangkanganku dengan kedua pahanya sehingga  tiada daya dan tenaga lagi untukku berontak.  Bersamaan dengan itu Tom menjejalkan lagi kontolnya, seluruh batangannya. Mantab dan langsung nembus sampai ke dasar.

“ Haaaarrgggghhh …. , ….hurt Tom… I am in pain…” rintihku dan sekali lagi usahanya untuk berontak tak berhasil lepas.

Aku makin mendesah takut kehabisan nafas. Mukaku penuh dengan keringat, demikian juga sekujur tubuhku.  Aku meronta, mengaduh, napasku tersengal2, keringat mengucur basah kuyub. Jeritanku tidak kedengaran, karena seluruh mulut dan kedua bibir dan lidahku dipagut oleh mulut Tom yang mencengkeram dan menghisap.
Lalu Tom mulai menarik dan menenggelamkan batang kontolnya terus menerus dan makin cepat.  Aku menggeliat dan kembali berusaha berontak tapi kembali Tom mempererat cengkramannya sambil membekap mulutku.

Aku jadi lemah dan makin melemah, memejamkan mata dan tidak lagi melawan.

Tom terus mengggojlok lagi lubangku dengan batang kontolnya, si lontong mentah.  Terasa oleh dia seperti ada lubang peranakan pas di ujung menutupi lubang kepala kontolnya. Maka Tom makin nafsu. Pasti itu bukan lobang peranakan karena aku adalah laki laki yang tak punya peranakan. Yang terasa seperti cincin kecil melingkar itu pastilah perbatasan lubang uterus dengan ujung usus halus dua belas jari.

Tom mendorongkan ujung kepala kontolnya ke cincin kecil yang lembut dan kenyal itu. Cincin itu terasa sekali elastis dan lebih lembut.

Akhirnya tertembus juga cincin anus itu dengan kepala kontol yang jendol segede telor bebek itu,  dan cincin itu menjepit dengan kencang tetapi lembut dan terasa kulit kepala kontol menyentuh  dinding yang sangat hangat,  lembut dan lunak tetapi kencang menggigit bahkan mencengkeram.

 Inilah kenikmatan luar biasa yang tidak dimiliki pada istrinya. Pikir Tom.
Tom memeluk erat tubuh telanjangku, kenikmatan luar biasa, napasnya tinggal terengah-engah.

“ Haargghhh…” Aku sudah tak tahan lagi merasakan penderitaan kesakitan. Nafasku tersengal2, keringat mengalir meleleh disekujur tubuhku, pantat dan pahaku. Hanya mendesah dan kepalaku tergolek kekiri dan kekanan, mataku setengah terbuka setengah tertutup.


“Tom …. Toooommm …..haaaagggghh…..” aku mendesah..
“pleaaaaaasssss …” mataku tak dapat lagi membuka.

Merasa sudah mantap penetrasinya, dan aku pun sudah tak berdaya, maka dihabiskanlah seluruh batang kontol Tom yang sejengkal lebih itu ambles kedalam celah selangkanganku. Akupun sudah tak bergerak lagi, lemas, pasrah, nafasku pelan, mataku terpejam.

“ Toooommm …..” sebentar mataku terbuka sedikit hanya untuk melihat wajah Tom, si cowok bule yang sadis itu.

Tom makin menjadi memompa memasukkan dan menarik kembali dari cincin kecil dan lembut itu. Setiap kali kepala kontolnya melewati jepitan cincin nikmat tersebut,

Aku mebelalak dan mendesis kesakitan.
“ Toomm …… stop …..it hurt Tom ……” Aku menghiba.  Makin sering digojlok, dan makin cepat aku merasakan siksaan duniawi.

Yang semula satu persatu dilakukan Tom dengan hati2, sekarang semakin cepat gak dihitung lagi. Setiap tiga empat kali berhenti, tapi sekarang sogok terus gak dihitung lagi.
Ah... wajah aku ketakutan, ekspresi wajahku menampakkan penderitaan yang luar biasa.  Ekspresi wajah laki laki yang baru pertama kali diperawani oleh cowok bule perkasa.

Tom menyeringai seram, tanda puas karena berhasil merengut keperawanan seorang cowok Asia. Tom mempermainkan, merobek dan menjarah tubuh mungilku dengan kasar.

“I want to make baby inside you…. …”

Rongga anusku terasa nyeri dan lelah karena Tom sudah menggagahinya hampir 1 jam. Tapi aku akan melakukan apa saja untuk membahagiakan Tom.
Air mataku menetes. Tapi tentu saja Tom tidak menyadari hal ini. 

Sedangkan Tom merasakan sensasi kenikmatan yang luar biasa. Seluruh tubuh ular besar itu bergerak dengan kasar di dalam duburku. Berkali-kali kepala jamur raksasa itu menyentuh titik kenikmatan jauh di dalam anusku.

Setelah seratus kali tusukan lebih Tom berubah wajah, uratnya menonjol. Dia merasa sudah waktunya akan membuahi peranakanku.

Aku pun tinggal pasrah saja sambil tersengal2.

Dan pada saat itu oleh Tom disahutnya dengan mulutnya,  telinga kiriku oleh mulut Tom seperti elang menyambar anak ayam. Digigit dan dilumat kuping ku itu sehingga aku yang pasrah luar biasa, badanku menggelinjang menggelepar luar biasa.

Dan saat itulah tanpa dapat dikontrol, dari kontolku yang ngaceng muncrat air pejuh yang putih.
CREEEETTTTT .... CREEETTTT.... CRREEETTTTT....

“Aaaaahhhhhhhhhhhh……..”  Aku mengalami klimaks. Saat cipratan demi cipratan air maniku mengucur keluar, otot-otot anusku pun bereaksi dengan memijat, menyusu dan mencengkeram alat vital Tom lebih erat lagi.

Jepitan kencang itu dengan semena-mena telah memaksa Tom menuju nirwana ke tujuh malam itu. Tetes keringat bercucuran dari peningnya. Ia mempercepat gerakannya, menurunkan tubuhnya sehingga bersatu dengan tubuhku.

Bersamaan dengan itu disogok habis lubangku dengan seluruh batang kontol Tom sahingga menembus cincin dalam, dan kenikmatan luar biasa itu menjadikan Tom tak sanggup lagi menahan diri dan muncrat hangat dan keras sampai di dalam lubangku.

JROOOTT... JROOOTTT... JROOOTTT....

“Please Tom.. . Please stop …”
Rasa panas luar biasa aku rasakan di dalam perutku. Burung yang besar itu telah menamkan benih cintanya pada diriku. Diriku terasa sangat penuh.

Aku lemes dan Tom pun rebah di sampingku kelelahan.
Dari tadi tengah malam sampai jam 3 subuh, dua jam lebih aku dijajah dan dilalap habis sama Tom si jahanam.



    
----------------------- 

KUMPUL KEBO

Akhirnya…, selama 1 bulan itu, Tom menyuruhku tinggal sekamar dengan dia.

Dan Tom memperlakukan aku sebagai wanita, atau pengganti istrinya, atau lebih tepatnya: sebagai “SAPI BETINA” miliknya, setiap malam!.

Aku memang Gay, Tidak selalu sebagai pihak bottom,
Tapi Tom benar benar pejantan tangguh yang hebat!.

Tampan, kekar, stamina tinggi, selalu penuh bergairah dan gede nafsu!!.
Aku sungguh sungguh menikmati perasaan tak berdaya setiap kali dia mendominasi aku dan menuntut aku untuk berperan sebagai bottom untuk melayani hasratnya.

Setiap malam sehabis acara pameran, Tom menyeret aku ke dalam kamarnya, lalu menyergap tubuhku dan menyetubuhi aku untuk melampiaskan nafsu birahinya

Kakaknya tahu, aku dijadikan ”peliharaan” oleh Tom selama sebulan itu di dalam kamarnya. Teman2nya juga hanya tertawa setiap kali melihat Tom menyeret aku setiap malam kedalam kamarnya

Hanya teman2-ku dari Indonesia yang mencibir setelah mengetahui aku adalah seorang Gay yang dijadikan ”simpanan” cowok bule.

Tapi aku bangga walau tubuh telanjangku hanya dipakai untuk kesenanganan dirinya saja
Dimabuk kepayang oleh kedahsyatan permainan cintanya, aku tak peduli kalau saluran anusku mengalami kerusakan yang fatal akibat gempuran batang kejantanan Tom yang berukuran luar biasa. Meninggalkan bekas yang tak terhapuskan seumur hidupku, dan tak mungkin terlupakan..

Sekujur tubuhku dan setiap tetes darahku rasanya sudah penuh dialiri oleh lendir benih-benih Sperma Tom (yang langsung dia tanamkan ke dalam tubuhku atau sengaja dia suruh minum ke dalam mulutku),  

Tentu, karena bertentangan dengan genetika kelelakiannya, Tom tidak mungkin menghamili aku seperti terhadap kaum wanita, tapi benih-benih Sperma yang dia semburkan setiap malam, memberiku kecukupan SUMBER PROTEIN KWALITAS TERBAIK yang diproduksi oleh tubuh laki laki perkasa.



Oh Tom, apakah semua laki laki sedahsyat kamu?.

Apakah kamu masih mengingat aku?. .



TAMAT