Kejadian ini terjadi kira-kira setahun yang lalu, tepatnya di tempat
fitness yang kukunjungi secara rutin untuk memelihara kondisi tubuhku. O
ya, sebagai informasi buat anda yang ingin gay sex, jika anda ingin
mencari pasangan maka tempat fitness atau gym merupakan tempat dengan
kans yang tinggi. Kenapa demikian? Soalnya gym merupakan tempat
berkumpulnya orang-orang (cowok tentunya) yang suka/menginginkan tubuh
seksi proporsional sehingga kemungkinannya besar sekali diantara mereka
yang gay dan dapat diajak berhubungan jika dengan pendekatan yang tepat.
So.. rajin-rajinlah fitness karena selain membuatmu seksi juga akan
dapat pasangan kencan ;). Aku berani bilang ini karena kebanyakan ‘teman
plus’ ku didapat di sana.
OK, kembali ke cerita ini. Saat itu
di gym aku sudah menukar pakaianku dengan kaos tanpa lengan dan celana
boxer. Saat sedang melakukan pemanasan aku melihat ada seorang cowok
yang badannya gede yang sedang asyik mengangkat barbel. Ia bertelanjang
dada dan hanya mengenakan celana pendek saja. Otot-otot lengan dan
dadanya menggelembung besar setiap ia mengangkat barbelnya. Kalau
ditaksir-taksir boleh dibilang hanya selisih sedikit dengan Ade Rai yang
sering kulihat di TV itu. Kulitnya putih bersih dengan rambut cepak.
Wajahnya ganteng dengan alis yang tebal.
“Wah, ada orang baru nih..”, batinku saat itu karena aku sama sekali belum pernah melihatnya di gym itu.
Saat
itu aku cuma sedikit berdebar saja dan kontolku juga hanya berdenyut
sebentar lalu normal lagi soalnya aku dapat mengendalikannya. Aku dapat
melakukannya karena dia sama sekali bukan tipe yang bisa membuatku
‘liar’ dan ereksi habis. Tipe yang bisa membuatku demikian adalah cowok
dengan tipe body tidak berselisih jauh denganku yaitu yang memiliki otot
bak binaragawan namun gedenya harus seperti perenang atau yang kusebut
sebagai body tipe kombinasi perenang-binaragawan.
Aku mulai cuek
lagi dan mengambil barbel yang ada lalu berbaring di bangku dan mulai
melakukan ‘bench press’. Setelah melakukannya sebanyak 2 set aku
melakukan sit-up dan ‘crunch’. Latihan yang kusebutkan tadi merupakan
favoritku karena membentuk otot yang juga menjadi favoritku :).
Setelah
itu berturut-turut aku melatih otot pahaku lalu otot punggung dengan
menggunakan peralatan yang ada, lalu push up dan banyak lagi gerakan
lainnya. Suatu ketika secara tidak sengaja aku melihat kalau cowok yang
kuceritakan tadi sedang memperhatikanku. Saat itu dia sedang berada di
atas treadmill. Dia kelihatan agak salah tingkah dan cepat-cepat
mengalihkan perhatiannya dariku. Mungkin takut ketahuan, ia lalu pindah
agak jauh mengambil dumbbell. Dari feelingku yang sudah tajam :) aku
merasa kalau dia pasti gay.
“Wah.. Kayaknya dia gay nih..”, aku tersenyum di dalam hati lalu pura-pura tidak tahu, cuek dan terus melanjutkan latihanku.
Tiba-tiba saja terlintas dibenakku untuk menjadikannya sebagai ‘teman plus’ ku.
“Kayaknya asyik nih.. mencoba body segede itu”, batinku saat itu.
Memang
aku belum pernah melakukan gay sex dengan cowok berbody sebesar itu,
karena biasanya aku selalu mencari tipe yang minimal mendekati
syarat-syarat ideal yang kusebutkan tadi.
Singkat cerita,
mulailah aku melancarkan jurus-jurus ‘menebar pesona’. Jurus pertama aku
mulai menanggalkan kaosku sambil pura-pura mengelap keringat yang
membasahi wajahku sekedar memamerkan otot-otot tubuhku. Saat itu dari
ekor mataku aku tahu kalau dia diam-diam selalu curi pandang. Ibaratnya
lagu Naif, dianya selalu curi ke kiri.. curi ke kanan.. :) heh.. heeh..
heh.. Sorry, just joking. Hope u don’t mind ;). Jurus kedua aku tidak
memakai kembali kaosku dan mulai latihan angkat beban lagi. Dari ekor
mataku kulihat kalau dia mulai gelisah dan.. ia lalu pindah lagi ke
treadmill. Mungkin agar lebih leluasa mencuri pandang ke arahku.
Sialnya,
rupanya pertunjukanku tidak hanya disaksikan oleh cowok gede yang
kutaksir tadi. Ada cowok lain yang memandangku secara terang-terangan
dengan mata buas bernafsu. Bodynya yang agak kurus karena sepertinya ia
baru saja menjadi anggota di gym itu. Aku baru beberapa kali melihatnya
di sana dan juga bukan pertama kalinya dia melihatku dengan penuh nafsu.
Aku jadi geram dan mendelik memperlihatkan ketidaksenanganku. Rupanya
ia agak takut juga dan buru-buru menjauh dari sana.
Pembaca
sekalian, sorry ya, aku sama sekali bukan memandang hina dirinya atau
merasa diriku lebih perfect dibanding cowok krempeng tadi.
Ketidaksenanganku lebih disebabkan oleh pandangan matanya yang
menjilat-jilat yang membuatku seolah-olah dilecehkan. Ceritanya akan
lain kalau si krempeng tadi melihatku dengan cara lebih ‘sopan’. Aku
pribadi selalu berprinsip untuk tidak melakukan sesuatu yang berbau
‘nafsu sex’ pada orang lain yang tidak mau/tidak menginginkannya. Kalau
aku melakukannya berarti aku telah melakukan pelecehan sex and that’s
bad..
Kembali ke cerita, untung aksiku mendelik marah tidak
diketahui oleh cowok gede yang menjadi targetku karena posisi dia dan
cowok krempeng tadi berseberangan. Tibalah saatnya aku melancarkan jurus
mautku sambil berharap.. :) Saat itu aku masih rebah di bangku sambil
melakukan ‘bench press’. Tiba-tiba saja aku pura-pura kesulitan
mengangkat barbell yang ada di atas dadaku. Melihat itu cowok gede tadi
cepat-cepat menghampiri dan membantuku mengangkat barbell dan
meletakkannya di penyangganya.
“Kena.. deh”, batinku saat itu.
“Thanks ya.. Untung kamu membantuku, soalnya tadi tiba-tiba saja merasa lemas gitu”, aku berkata sambil menebar senyum padanya.
“Never
mind. Latihan ini memang membutuhkan sparing partner disampingmu hingga
dapat membantumu sewaktu-waktu. Kenapa tidak mencari satu saja?”, kata
cowok gede itu sopan.
“Wah, ide yang bagus juga. Namaku Bobby”, aku berkata sambil mengulurkan tanganku.
“Aku Roy”, Ia menjabat tanganku dengan genggaman yang mantap.
Dari
dekat baru kelihatan kalau cowok ini ternyata OK juga. Wajahnya bersih
kelimis dan cukup simpatik. Otot-otot tubuhnya yang gede menyembul
disana-sini dan mengkilat karena basah oleh keringatnya. Jantungku mulai
berdebur lagi yang segera kukendalikan.
Dari obrolanku
selanjutnya dengan Roy kuketahui kalau ternyata Roy asalnya tinggal di
Jakarta. Dia adalah famili dari pemilik gym ini. Kebetulan saja dia
sedang liburan ke Pekanbaru. Roy masih cukup muda. Umurnya saat itu cuma
24 tahun dan masih mahasiswa. Dia adalah salah seorang atlet binaraga
dan pernah mengikuti beberapa kejuaraan binaraga di Jakarta dan walau
bukan juara pertama ia pernah menjadi juara favorit.
Roy tampak
‘excited’ saat mengetahui kalau aku adalah bekas tentara. Roy sangat
fleksibel orangnya khas orang kota besar hingga obrolan kami terasa
makin akrab yang diselingi canda tawa. Yang kusuka dari Roy adalah suara
tawanya yang menurutku sangat seksi. Saat itu sikapku masih biasa saja,
tidak menunjukkan kalau aku mulai nafsu dengannya. Akhirnya aku
mengakhiri obrolan kami dan sebelum pulang aku meninggalkan alamat dan
nomor HP-ku padanya.
“Malam ini boleh ke rumahmu nih..”, kata Roy dengan penuh senyum.
“Boleh-boleh
saja. Malam ini aku juga tidak kemana-mana kok. Aku juga ingin tahu
lebih banyak tentang kejuaraan binaraga yang kamu ikuti”, kataku dan
diam-diam hatiku girang sekali.
“Wah.. kebetulan nih, aku membawa foto-foto saat kejuaraan. Nanti sekalian kubawakan”, kata Roy dengan antusias.
“OK, that’s a deal. See you later”.
Aku lalu beranjak keluar dari gym untuk segera pulang dan ‘mempersiapkan’ malam itu ;).
*******
Suara mobil terdengar memasuki halaman rumahku.
“Ting tong..”. Bel rumahku berbunyi tak lama kemudian saat jam menunjukkan lebih kurang pukul 8.30 malam.
Dari lubang pintu kelihatan rupanya Roy yang datang.
“Silakan masuk, susah ya mencari rumahku?”, aku membuka pintu sambil mempersilahkannya masuk ke dalam.
“Sulit
juga sih, soalnya aku kan cukup asing dengan Pekanbaru. Untung aku
bertanya di sepanjang jalan hingga tidak kesasar”, Roy berkata sambil
masuk. Tercium wangi parfumnya yang maskulin saat ia melintas di
depanku.
Wah, tidak mengganggu nih”, kata Roy lagi sambil matanya menyapu seisi rumahku.
“Ah.. Nggak, soalnya aku tinggal sendirian. Jadi tenang aja”, kataku lagi.
Malam
itu penampilan Roy menurutku cukup seksi dengan memakai jeans ketat
yang dipadukan dengan kaos playboy ketat yang lagi ngetrend saat itu.
Bodynya yang penuh sesak dengan otot yang gede-gede itu tercetak jelas
di kaosnya.
“Nah silakan kalau mau duduk atau apa aja. Anggap aja seperti rumah sendiri”.
“Nih.. foto-foto yang kujanjikan”, kata Roy menghempaskan diri ke sofa sambil menyerahkan sebuah album foto.
“Minuman
dan makanan ringannya ada di kulkas belakang sana. Ambil saja sendiri.
Jangan malu-malu ya”, kataku sambil menerima album foto itu.
“Oke deh..”. Roy segera berlalu ke belakang.
Saat
Roy kembali aku sedang asyik membolak-balik album fotonya. Makin
dilihat ternyata body gede seperti Roy itu ternyata menarik juga.
“Gimana.. Apa pendapatmu tentang diriku jika dibandingkan dengan peserta lain yang ada?”, tanya Roy ingin tahu.
“Ehm.. Bagiku kamu kelihatan paling OK kok”, aku berkata sejujurnya karena memang itu yang kurasakan.
“Sungguh?”, mata Roy kelihatan agak berbinar.
“Sungguh. Kalau kejuaraannya diadakan di Pekanbaru aku pasti akan hadir menjadi pendukungmu”, kataku sambil menatapnya.
“Thanks ya..”. Roy kelihatannya sangat senang sekali mendengar ucapanku.
“O ya.. Bolehkan aku melihat foto-fotomu saat masih tentara?”, tanya Roy penuh harap.
“Boleh. Ayo ikut aku ke kamar”, jawabku singkat sambil beranjak menuju kamarku.
“Wah kamarmu luas ya? Lebih luas dari ruang tamu”, komentar Roy sambil duduk di tepian ranjangku yang berkasur empuk.
“Nih”, kataku sambil menyerahkan sebuah album foto besar.
Roy segera membolak-baliknya.
“Wah, gagah sekali..”, Roy tidak dapat menyembunyikan kekagumannya melihat foto-fotoku saat tentara dulu.
“Suka ya?”, aku mulai memberikan pertanyaan yang menjebak.
“Ya.., Oh.. Eh.. maksudku aku sangat suka dengan penampilanmu”, Roy agak salah tingkah ketika menjawab pertanyaanku.
“Sungguh? Gimana kalau sekarang aku memakai seragam tentara, kebetulan aku masih punya”, aku semakin memancingnya.
“Wah..
Sungguh nih, tentu aku sangat senang sekali. Kalau boleh aku ingin foto
bersama, soalnya aku sejak lama ingin sekali foto bareng sama tentara”,
Roy tidak dapat menyembunyikan kegembiraannya.
Di sudut
ruanganku memang ada kamera polaroid yang terpasang di atas tripod.
Kamera itu memang biasa kugunakan untuk menjepret foto teman plusku dan
saat itu sebenarnya sudah dalam keadaan standby karena sudah
kupersiapkan sebelumnya dengan maksud untuk menjepret gambar Roy
tentunya.
“Tapi aku bukan tentara lagi lho..”, kataku lagi.
“Nggak apa-apa tuh, yang penting bisa foto sama yang berseragam”. Roy kelihatannya makin ‘excited’ aja.
“Wah, ini cowok rupanya terobsesi pada tentara berseragam rupanya”, batinku saat itu.
“Kamu apa juga bawa seragam kamu?”, tanyaku kalem.
“Maksudmu?”. Roy agak terheran dengan pertanyaanku.
“Aku
juga ingin sekali foto bersama binaragawan. Gimana kalau kita siapkan
seragam kita masing-masing? Nanti kita foto bersama”, aku menjawab
sambil membuka lemari pakaianku.
“Oke deh. Seragam binaragawan kan cuma simple aja. G-String doang juga OK. Tapi kamu punya minyak tidak?”, tanya Roy.
“Minyak? untuk apa?”, tanyaku heran.
“Lho..
katanya kita pakai seragam masing-masing. Minyak adalah salah satu
seragam binaragawan lho. Untuk dioleskan ke tubuh hingga otot lebih
jelas kelihatan”, jelas Roy panjang lebar.
“Yang ada cuma minyak sayur. Di dapur sana. Apa boleh?”, ia bertanya.
“Boleh jugalah. Aku ambil segera”, kata Roy sambil beranjak keluar menuju ke dapur.
“Wah, bakalan seru nih”, batinku girang saat itu.
bersambung...............
Tidak ada komentar:
Posting Komentar