Aku segera mengeluarkan seragam tentara lengkap dengan segala
aksesorinya yang kusimpan di lemari dan mulai kupakai satu persatu.
Seragam ini sebenarnya adalah buatan salah satu kenalanku yang memiliki
usaha butik, sedangkan seragamku yang sebenarnya tentunya sudah tidak
ada lagi. Pemilik butik itu adalah cowok gay juga. Aku mengenalnya
karena kami pernah kerja sama saat aku menang tender pengadaan seragam
karyawan salah satu perusahaan minyak di Riau. Aku cuma menganggapnya
sebagai teman biasa karena ia bukan tipeku. Ia adalah tipe cowok ‘sissy’
yang terang-terangan sangat menyukaiku dan selalu berusaha memikatku.
Tapi aku selalu cuek saja dan pura-pura bego. Seragam ini pun
dibuatkannya dengan gratis. O ya, seragam ini sangat berguna sekali dan
seringkali teman plusku ingin melihat penampilanku dengan seragam. Jadi
cukup berguna juga untuk membakar nafsu lawan mainku hingga mereka
tambah ‘buas’ dan aku yang jadi tambah ‘puas’ tentunya :). Bagi anda
yang suka gay sex, walau anda bukan tentara sebaiknya boleh juga punya
cadangan seragam, baik seragam tentara ataupun hanya sekedar seragam
satpam. Kujamin pasti ‘berguna’ deh buatmu ;).
Aku mulai
melepaskan kaosku diganti dengan kaos loreng yang dipadukan dengan
seragam luar. Kemudian aku memakai aksesori lainnya. Kurapikan diriku
sekali lagi di depan cermin besar kamarku. Saat aku sedang mengenakan
sepatu Roy masuk dengan hanya memakai G-Stringnya saja sambil menenteng
botol minyak sayuran yang biasa kugunakan untuk sekedar menggoreng
makanan kecil. Penampilan Roy cukup membuat gairahku terbakar.
“Boleh tolong pakaikan minyak ini nggak?”, kata Roy sambil menyerahkan botol di tangannya.
Matanya tidak berkedip menatapku.
“Boleh. Berbaring saja di ranjang”, kataku dengan nada suara yang kubuat sewajar mungkin.
Saat
itu nafasku mulai sesak oleh nasfu yang membara yang kutahan-tahan. Roy
menelungkupkan badannya di ranjangku hingga punggungnya yang kekar
berotot menghadapku. Aku menuangkan minyak ke tanganku dan mulai
mengusapkannya ke punggung Roy. Usapanku semakin lama semakin turun
hingga sampai ke daerah pantat Roy. Roy kelihatannya masih tenang-tenang
saja. Aku memutar mutar telapak tanganku di bukit pantatnya beberapa
saat lalu terus turun ke paha dan kaki.
“Belakang sudah OK, sekarang balikkan badanmu”, kataku setelah usapanku sampai ke mata kakinya.
Roy
membalikkan tubuhnya menghadapku. Matanya kelihatan sedang menerawang
entah ke mana. Aku mulai membalurkan minyak ke daerah favoritku yaitu di
bagian dada dan perut. Aku sengaja memutar-mutar telapak tanganku di
sekitar puting Roy seperti gerakan message. Roy kelihatan sangat
menikmatinya. Matanya mulai sayu menatapku. Tanganku yang berada di
dadanya juga dapat merasakan deburan jantungnya yang makin kencang.
Tonjolan dibalik G-stringnya juga mulai tumbuh.
“Oh. kamu gagah sekali dengan seragammu itu”, Roy agak menggumam saat mengucapkan kata-kata itu.
“Ah, bohong tuh”, aku memasang muka tidak percaya.
“Sungguh.
Aku sudah sejak lama mengimpikan teman berseragam yang gagah seperti
kamu”. Entah sengaja atau tidak Roy mulai membuka isi hatinya.
“Kalau begitu kamu mau apa?”, aku mencoba menantangnya.
“Oh.. Aku ingin sekali memelukmu..”.
Roy yang sudah nafsu semakin berani menjawab tantanganku.
“Lakukan saja”, kataku sambil duduk di tepian ranjang.
Roy
bangkit lalu benar-benar memelukku dengan kuatnya. Otot-ototnya yang
besar dan berkilat oleh minyak sayur itu terasa sekali melingkari
sekujur tubuhku. Rasanya beda sekali, nyaman gitu, seolah-olah aku
tenggelam ke dalam body yang besar itu.
Hawa kamarku makin
dipenuhi aroma sex. Saat itu tanpa diomonginpun kami sudah tahu sama
tahu kalau kami saling menginginkan. Semboyannya NIKE sangat terasa
disini, JUST DO IT begitu kira-kira :). Aku mulai menyungsepkan sambil
mendusal-dusalkan wajahku ke dada Roy, kemudian pindah ke daerah sekitar
ketiak Roy yang bersih sama sekali dari bulu-bulu. Lidahku mulai
menari-nari di sana yang membuat Roy menggelinjang kegelian.
“Uh.. Ah
kita foto saja dulu ya.. mumpung masih rapi..”, kataku agak terengah
sambil dengan lembut melepaskan diri dari pelukan Roy yang enak itu.
Roy
hanya menganguk saja. Aku segera mempersiapkan kamera dan setelah
mendapatkan angle yang pas aku lalu menyetel agar kamera dapat dengan
otomatis menjepret sendiri 5 kali. Aku cepat cepat pindah ke samping Roy
yang sudah standby. Roy segera merangkul bahuku dan blitz kamera
menyala-nyala melakukan tugasnya.
“Sudah selesai ya? Mari lanjut..”, kata Roy sambil menarikku ke ranjang lagi.
Rupanya ia sudah tidak sabar lagi hingga tidak melihat lagi hasil jepretan kamera barusan.
“Sini”, kata Roy sambil mendudukkanku di pangkuannya.
Saat
itu g stringnya kelihatan sudah tidak bisa menahan cuatan kontolnya
yang cukup besar itu. Aku duduk di pangkuan Roy sambil tanganku
melingkar di leher Roy. Roy membenamkan wajahnya ke dadaku sambil
menarik nafas mengendus seragam yang masih kukenakan sambil tangannya
mengelus-elus daerah sensitifku yang makin berdenyut tegang. Aku
membarenginya dengan ciuman di kepala Roy, lalu aku mulai diam sengaja
menunggu apa yang akan dilakukan Roy selanjutnya.
Roy
membopongku dan dengan lembut membaringkanku ke ranjang, lalu dengan
perlahan penuh penghayatan ia mulai membuka seragamku satu persatu
dimulai dari sepatu, berikutnya seragam luarku. Ia selalu mencium-cium
seragam yang ada ditangannya setiap selesai melepaskannya dari tubuhku.
Ia kelihatan begitu menikmatinya hingga pernik seragam yang terakhir :)
Hingga kemudian aku hanya mengenakan CD saja. Roy kemudian naik ke
ranjang menindihku di bawah tubuhnya yang gede itu. Tangannya memelukku
dengan erat sambil menari-nari di punggungku. Aku mengimbanginya dengan
menciumi wajahnya yang halus itu sambil tanganku aktif menjelajahi
lekuk-lekuk otot di tubuhnya. Untuk beberapa lama kami bergulingan
saling libat plus raba plus cium hingga keadaan makin memanas saja.
Kemudian saat posisi Roy ada di bawah aku mulai melepaskan diri dari
pelukannya yang kuat itu dan mulai menciumi dadanya yang besar itu.
Aku
semakin senang dengan memainkan putingnya dengan ciuman dan jilatan
lidahku yang sudah ahli lalu kusedot pinggiran putingnya hingga
meninggalkan bekas merah (cupang). Dadanya yang besar bidang juga
kucupangi beberapa kali hingga meninggalkan bekas-bekas merah yang
sangat kontras dengan kulitnya yang putih itu. Roy sangat menikmatinya
dan ia menegang-negangkan otot dadanya hingga ototnya yang gede itu
bergerak -gerak di depan mataku yang membuatku jadi gemas. Saking
gemasnya lalu kugigit-gigit kecil dadanya yang masih bergerak itu tidak
ketinggalan putingnya juga.
Roy makin mendesah menikmati
gigitanku. Ciuman, sedotan plus gigitanku sampai ke daerah perut Roy
yang punya deretan otot yang menonjol dan terus merambah turun hingga
sampai ke daerah ternikmatnya. Kulihat g string roy sudah basah di dekat
bagian kepala kontolnya. Segera kutanggalkan g stringnya hingga kontol
Roy bebas tegak berdenyut-denyut menantang nafsuku yang kian membara.
Kontol Roy walaupun kalah gemuk dengan punyaku namun ukurannya ternyata
lebih panjang dengan warna merah muda yang menggemaskan. Sejenak
kukagumi bentuk kontol Roy yang kepalanya sudah licin basah oleh cairan
precum yang masih terus keluar. Rupanya Roy memiliki cairan precum yang
cukup banyak juga. Aku kontan mendusalkan wajahku ke selangkangan Roy
yang gundul tanpa bulu hingga cairan bening precumnya ada yang menempel
di wajahku.
“Oh.. enak.. Bob.. ahh..”, desahan Roy makin kencang
saat aku mulai menjilat lalu mengulum kantong kontol beserta bijinya di
dalam mulutku sambil tanganku mengocok-ngocok batangnya.
Setelah
selesai mencicipi kantongnya, giliran kepala kontol Roy yang
kupermainkan dengan mulutku. Pertama-tama kujilat-jilat kepala kontolnya
layaknya orang yang sedang makan loli dan hap.. akhirnya kepala kontol
Roy masuk ke dalam mulutku. Kumajukan kepalaku hingga kontol Roy yang
panjang masuk lebih dalam kedalam mulutku hingga mencapai kerongkonganku
hampir mencapai pangkalnya. Lalu sambil menyedot kuat aku mundurkan
kepalaku hingga tersisa bagian kepalanya saja dalam mulutku sambil ujung
lidahku memainkan lubang di kepala kontol Roy lalu secara terus menerus
kumajumundurkan kepalaku dengan cara yang sama.
“Ahh.. Ohh.. God.. Enak Bob, akh..”, Roy mendesah desah sambil tangannya memainkan putingnya sendiri.
Aku terus melakukannya hingga..
“Cukup, Roy.. Aku hampir keluar.. Sekarang giliranku..”, kata Roy parau sambil bangkit dari rebahannya.
Rupanya
Roy tidak ingin keluar duluan yang membuatku senang karena ini
menandakan kalau Roy bukan tipe cowok egois yang hanya mementingkan
kenikmatan sendiri. Sekarang giliran Roy yang menggarapku. Tanpa
basa-basi lagi Roy segera menanggalkan CDku yang masih menempel. Seperti
halnya Roy selangkanganku juga bersih dari bulu. Kulihat ada sinar
kekaguman di mata Roy saat melihat kontolku.
“Beautiful..”, desis Roy tidak kentara.
Sama
seperti yang kulakukan, Roy mulai melakukan aksi serupa terhadap
kontolku. Aku meram-melek merasakan kehangatan mulut Roy. Sedotannya
semakin membuatku melayang-layang hingga tanpa sadar aku mendesah-desah
dengan gencarnya sambil tanganku mencengkeram pundak Roy yang keras
berotot.
Setelah Roy beraksi sekian lama, aku mulai merasakan
sedikit sensasi yang menandakan kalau aku akan nembak tidak lama lagi.
Aku menyetop aksi Roy yang makin buas menyedot kontolku, lalu kami
pindah ke posisi 69. Kami mulai saling menyedot kontol lawan sambil
bergulingan di ranjangku yang luas. Sensasi nikmat di selangkanganku
terus dan terus menguat hingga pelukanku di pinggang Roy juga makin
mengencang. Roy juga berkeadaan sama denganku. Tubuhku mengejang dan
crott.. crott.. crott.. akhirnya tak kuasa menahan lebih lama lagi aku
nembak duluan di dalam mulut Roy tanpa sempat permisi lagi karena
mulutku penuh oleh kontol Roy. Kurasakan mulut Roy yang makin menyedot
kontolku dengan lahap sekali.
Crott.. Croot.., akhirnya Roy
nembak juga beberapa detik setelahku. Maninya sangat kental dan banyak
sekali. Aku bagai orang kehausan terus menelannya dan tidak
membiarkannya terbuang setetespun juga. Akhirnya aku berbaring di
sebelah Roy dengan senyum puas sambil menenangkan nafasku yang memburu..
Roy juga menatapku dengan pandangan puas dan ia meraihku untuk
berbaring di dadanya yang lebar luas itu sambil mendekapku. Itu baru
pertama kalinya aku berbaring di atas dada lawan mainku karena biasanya
aku tidak suka bermanja-manja, lagipula dada mereka tidak seluas punya
Roy. Rasanya cukup nyaman juga. Cukup lama juga kami dalam keadaan
seperti itu sambil pikiranku menerawang kemana-mana.
Aku mulai
horny lagi hingga tanganku yang satu mulai mengelus dada Roy sambil
tangan lainnya memilin-milin putingnya. Rupanya puting Roy sangat
sensitif hingga ia juga mulai terbakar. Deburan di dadanya makin kencang
dan kelihatan kalau kontolnya juga mulai tegak berdenyut-denyut.
Punyaku sendiri saat itu sudah tegang penuh siap kapan saja untuk segera
digunakan. Aku segera duduk di atas perut Roy sementara Roy masih
berbaring. Aku mendekatkan wajahku ke wajah Roy dan kukecup bibirnya
dengan nafsu sambil tanganku terus memainkan putingnya. Masih duduk di
atas perut Roy, aku mulai menggeser agak ke bawah.
Sambil
mengangkat pantatku aku mulai mengarahkan kontol Roy masuk ke anusku.
Roy hanya memandangku dengan pasrah. Dan kurasakan kontol Roy secara
perlahan mulai tenggelam ke dalam lobang pantatku hingga ke pangkalnya.
Perutku agak mulas karena mungkin ukuran kontol Roy yang panjang itu
telah mencapai usus besarku. Saat itu posisiku jongkok/duduk di
selangkangan Roy. Setelah kurasa cukup aku mulai menaikkan pantatku
sambil menegangkan otot dubur. Aku terus menaik turunkan pantatku dengan
cara sama hingga kontol Roy keluar masuk dari lobangku dengan
lancarnya.
“Ohh.. ah.. aah..”, Roy mendesah-desah menikmati aksiku.
Aku
sendiri makin gencar menaik turunkan pantatku seiring dengan sensasi
nikmat yang kurasakan saat kontol Roy bergesekan dengan dinding anusku.
“Akh.. teruskan dong Bob.. Please..”, Roy agak merengek saat aku menghentikan aksiku dan mengeluarkan kontol Roy dari lobangku.
Aku
tidak ingin Roy keluar duluan karena aku juga ingin menikmati lobang
anusnya yang saat oral tadi sekilas kulihat masih perawan. Kalau
dibiarkan keluar duluan maka Roy pasti ogah kalau aku ingin menikmati
lobang pantatnya.
“Nanti pasti kulanjutkan sayang.. tapi sekarang kamu nungging ya Roy..”, instruksiku.
Roy
sepertinya mengerti mauku dan sambil menungging ia berkata lagi,
“Pelan-pelan ya Bob.., soalnya aku belum pernah digituin..”.
Mendengar
itu hatiku sangat girang karena tepat seperti dugaanku kalau pantat Roy
ternyata masih perawan yang tentunya lebih nikmat dientot ;).
Pertama-tama kumasukkan jari tengahku ke anus Roy. Mulanya Roy meringis kesakitan sambil menegangkan otot duburnya.
“Kalau aku masuk jangan tegangkan otot duburmu ya sayang.. Biar nggak terlalu sakit..”, aku memberi petunjuk pada Roy.
Tampaknya
Roy cukup patuh dan tidak mengencangkan otot duburnya lagi saat aku
mulai menggerakkan jari tengahku keluar masuk dari anus Roy. Roy agak
meringis tapi mulai bisa menikmati permainan jariku di lobangnya.
Melihat Roy sudah agak tenang aku segela meludahi kontolku agar licin
dan mulai mengarahkannya ke lobang Roy. Kepala kontolku secara perlahan
mulai masuk ke lobang Roy yang sempit. Roy mulai meringis dan
menegangkan otot duburnya lagi saat merasakan kepala kontolku memasuki
lobangnya. Aku segera menghentikan aksiku dan dari belakang tanganku
mulai memainkan dada dan puting Roy agar ia lebih tenang.
“Akh.. sakit..”, Roy mulai mengaduh saat aku memulai kembali aksiku yang tadi.
“Tenang sayang.. Nanti pasti nikmat deh..”, kataku sambil menyetop lagi aksiku memasukkan kontolku.
Dengan
lembut aku terus start stop hingga memakan waktu lebih kurang setengah
jam baru kontolku masuk hingga ke pangkalnya. Selama itu aku tetap
memainkan puting sensitif Roy agar ia ‘high’. Aku membiarkan sebentar
kontolku terbenam di lobang Roy agar ia lebih terbiasa lagi.
“Mulai saja Bob..”, ucap Roy.
Rupanya
ia cukup penasaran juga. Mendengar itu tanpa ayal aku segera menarik
kontolku lalu memompanya masuk lagi. Awalnya Roy mengaduh-aduh kesakitan
sambil mengencang-ngencangkan otot duburnya yang membuat kontolku
serasa dipijat-pijat kuat dan dilingkari oleh cincin hangat. Memang
itulah rasanya lobang yang masih perawan, sempit dan nikmat.. ;).
Tidak lama kemudian Roy mulai menikmati entotanku dan suara erangan nikmatpun mulai keluar dari mulut Roy.
“Auh..
enak.. oh.. God.. enak.. sshh.. truss.. ahh..”, erang Roy sambil
tangannya dengan kuat mencengkeram seprei ranjangku yang sudah
awut-awutan.
Plak.. pak.. pakk.. pek.. bunyi selangkanganku yang
beradu dengan pantat Roy dikombinasikan dengan erangan Roy merupakan
simphoni yang sangat merdu di telingaku hingga goyanganku makin cepat,
kuat dan bersemangat. Nafasku terus memburu dan keringat sudah
membanjiri tubuhku, hingga beberapa saat kemudian..
“Oohh.. Aku mau keluar Roy..”, Hampir berteriak aku makin menghentak menusuk pantat Roy dengan gencarnya.
Untung kamarku sudah dipasangi peredam yang cukup hingga tidak perlu khawatir ada yang mendengarnya.
“Truss.. Bob.. truss.. ahh..”. Roy masih meneruskan erangan nikmatnya.
“Ooohh.. crott.. crott.. croott”, aku melolong kepuasan disertai dengan tembakan maniku di dalam anus Roy.
Aku keluar banyak sekali.. Oooh.. I feel so high.. ;).
Kukecup
punggung Roy lalu giliranku yang menungging. Roy segera memasukkan
kontolnya yang sudah terlalu ‘excited’ ke dalam anusku lagi dan segera
mulai memompa dengan cepat sekali. Giliranku yang mengerang kenikmatan
merasakan kehebatan kontol Roy.
“Auh.. teruss.. teruss Roy..”, erangku.
Lama
juga Roy mengentoti pantatku dan selama itu aku merasakan beberapa kali
tembakan kecil yang menghangat di dalam anusku. Aku pernah membaca
kalau ada orang yang dapat mengendalikan hingga klimaksnya belum dicapai
walau telah sempat menembak beberapa kali. Mungkin Roy telah menguasai
teknik itu pikirku. Aku makin kagum saja sama Roy.
“Hosh..
hoshh.. ahh..”, suara nafas Roy yang makin memberat disertai desahan
nikmatnya makin jelas terdengar di telingaku dan akhirnya..
“Aaakh..
crott.. crett.. crrott..”, Roy berteriak melenguh panjang puas dan kali
ini mani yang ditembaknya sangat banyak sekali dan terasa mengalir
hangat di dalam anusku menciptakan sensasi nikmat yang kusuka.
Rupanya
ia sudah mencapai titik puncak kepuasannya. Kami sama-sama terhempas di
ranjang dengan kontol Roy masih menancap dalam pantatku. Posisi kami
saat itu aku berbaring menyamping membelakangi Roy sedang Roy dengan
mesra memelukku dari belakang.
“Terima kasih Bob.. Aku puas sekali..”, bisik Roy di telingaku.
“Aku juga Roy, permainanmu hebat sekali..”, jawabku dengan suara menggumam.
Sesat kemudian kami sama-sama tertidur pulas dengan senyum kepuasan menghiasi wajah masing-masing.
*****
Keesokan
paginya barulah kami punya kesempatan melihat hasil jepretan kamera
yang telah membuka peluang terjadinya gay sex semalam. Kami sama-sama
tertawa melihat ekspresi kami di dalam foto itu yang sangat lucu karena
jelas kelihatan muka kami yang penuh nafsu sex dengan tonjolan di
selangkangan kami masing-masing. Akhirnya Roy mengambil 2 foto untuknya
sedangkan sisanya kusimpan baik-baik di dalam lemari yang nantinya akan
kusatukan dengan ‘koleksi’ fotoku yang lain.
Roy pamit pulang
dan setelah itu kami sempat beberapa kali bertemu dan mengulangi gay sex
di rumahku. Namun sayang karena liburan Roy sudah usai dan ia harus
kembali ke Jakarta. Aku menghadiahinya beberapa potong koleksi CDku yang
diterima dengan senang hati oleh Roy. Roy juga meninggalkan alamat dan
nomor teleponnya di Jakarta dan kami saling berjanji untuk melakukannya
lagi jika ada kesempatan lainnya. Aku sama sekali tidak mengantar saat
Roy berangkat ke Bandara karena ia sudah ditemani oleh keluarganya
hingga mungkin malah bisa dicurigai jika aku melakukannya. Aku hanya
mengirimkan SMS selamat jalan kepadanya. Dan.. hari-hariku pun kembali
seperti biasanya, tentunya sambil menunggu petualangan yang lebih asyik
dengan penggemar gay sex lainnya :).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar