Orang tuaku tidak
terlalu kaya, Bokap adalah PNS dengan gaji standard. Dia kerja di Jakarta
, dan jarak antara rumah kami di Ciawi (Bogor) ke kantornya di Jakarta ditempuh
dengan angkot dan bis sekitar 2 jam. Nyokap membuka usaha kecil2an di PASAR yang buka
sampai malam.
Ortu punya 3 anak, dua kakakku adalah CEWEK semua,
dan cuma aku satunya yang COWOK, sebagai anak BUNGSU, namaku EDWIN.
Walaupun rumah kami terletak
di gang yang KUMUH, tapi memiliki banyak kamar2, sehingga untuk menambah
ekonomi keluarga, 4 KAMAR PETAK disewakan sebagai TEMPAT KOST2AN murahan, yang
biasanya dihuni se-kamar berdua, oleh para pegawai rendahan, sopir
atau pedagang dari luar daerah yang bekerja di seputar Ciawi.
Di masa dulu itu, bokap sering
ambil obyekan dan kerja sampingan dan hampir tiap hari Bokap baru sampai ke rumah
sekitar jam 21-22 malam. Nyokap juga sering baru sampai rumah malam. Kakak-kakak cewek sibuk dengan kegiatan sekolah atau eskul sampai
sore hari, sehingga setiap pulang sekolah, aku sering berada SENDIRIAN di rumah.
Suatu kali datang 3 orang KULI/BURUH BANGUNAN, yang
disuruh ortu untuk mengerjakan berbagai perbaikan rumah dan kamar-kamar petak, juga
mengganti genteng2 yang bocor.
Umur 2 orang kuli sepertinya
tidak terpaut jauh. BANG BURHAN 30 tahun, sudah menikah dan
punya 2 anak yang ditinggal jauh di kampung. MAS TONO berumur 29 tahun, juga sudah beristri
dan punya 1 anak.
Buruh bangunan yang paling muda namanya: MAS DIKIN. Wajahnya lumayan cakep
dan tampangnya terlihat alim. Dia tidak terlalu tinggi, badannya langsing dan
pinggangnya ramping.
Umur MAS DIKIN mungkin baru
22 tahun. Masih muda banget!, tapi dia sudah punya 3 anak..!!.
Dia katanya menikah waktu umur 18an tahun, artinya istrinya melahirkan anak setahun sekali. Malah katanya
istrinya baru hamil lagi anak ke-4. Gile benerrrr!.
Kalau sedang mengerjakan PR di
teras belakang aku suka memperhatikan ketiga buruh bangunan itu bekerja dengan bertelanjang
dada. Entah kenapa aku suka sekali melihat tubuh kekar mereka yang bercucuran
keringat, terlihat jantan dan cowok banget, macho!.
Ketiga kuli itu semuanya baik
terhadapku. Malahan, kalau aku pulang sekolah, BANG BURHAN suka menemani aku dan cerita macam2,
mungkin dia kasian melihatku sendirian di rumah
Bang Burhan juga kebapakan,
sifatnya melindungi dan ngemong. Aku menduga Bang Burhan menganggap aku seperti
anaknya karena dia kangen sama anak2nya di kampung.
Mungkin karena Ortu jarang
dirumah dan aku kurang mendapat perhatian dari Ayahku yang super sibuk, atau
mungkin karena tidak punya saudara laki-laki, perasaanku senang dengan kebaikan
dan perhatian Bang Burhan.
Malahan lama2, perasaan
itu berubah jadi KEKAGUMAN pada Bang Burhan.
Padahal tampang BANG BURHAN biasa saja, tapi entah kenapa, aku merasa bahwa dia itu laki laki yang gagah.
Pernah Bang Burhan mencuci
dinding, sehingga dia bekerja hanya mengenakan celana kolor ketat. Dengan
santai, dia mencuci dinding. Tentu saja air terciprat dan membasahi badannya.
Dalam sekejap mata, celana kolor itu basah kuyup.
Berhubung celana itu agak
tipis dan ketat, pantatnya yang padat itu tercetak dengan jelas.
Kusaksikan cetakan di balik celana yang basah itu mempertontonan TONJOLAN yang
KOKOH di selangkangannya. Terlihat menggemaskan.
"Aahh,
besar sekali," gumamku didalam hati dengan perasaan kagum.
Namun terkadang, aku merasa
ada sesuatu dalam diri Bang Burhan yang MISTERIUS karena dia juga sering menatapku secara
diam-diam. Aku tidak tahu misteri apa yang disembunyikan oleh Bang
Burhan.
Tanpa kusadari BANG BURHAN
rupanya sering MEMERGOKI tatapan mataku sehingga dia tahu bahwa dirinya sering
aku perhatikan. Mungkin waktu itu Bang Burhan heran melihat aku sering
memandang dirinya atau menatap jendolan di selangkangan dia.
Suatu hari saat aku pulang sekolah, mendadak turun HUJAN DERAS
sehingga aku segera berlari ke rumah, tapi ternyata aku ketinggalan kunci
sehingga aku tidak bisa masuk rumah dan terpaksa duduk di teras belakang.
Pada saat yang sama kulihat
BANG BURHAN juga buru2 turun dari genteng dengan badan basah kuyup. Lalu
dia ikut2an menunggu hujan reda berdua denganku di teras belakang. Tubuhnya
yang basah kuyup terlihat begitu sexy, sehingga aku terus menatap dan
memperhatikan
Bang Burhan rupanya menyadari
bahwa aku terus memperhatikan tubuhnya yang setengah telanjang itu.
“Walah… kok medheni
ngono (menakutkan
begitu) kamu ‘Dik’ … masak kamu memperhatikan aku sampai kayak begitu?” kata Bang Burhan.
Dengan lugu aku menjawab: “Abis
Bang Burhan gagah sekali”
“Hehe.. kamu ojo ngono lah (jangan begitu)… aku nanti Ge-Er…” katanya
“Ndak percaya sih?. Kalo aku
cewek mungkin aku sudah naksir sama Bang Burhan… liat tuh… badan Bang Burhan
besar, tegap, tangannya kuat, dadanya bidang… banyak bulunya lagi…” jawabku polos
“Jangan begitu ah. Coba
kalo aku yang perhatiin kamu kayak gitu… apa kamu ndak takut kalo saya naksir
kamu?”
Lalu Bang Burhan berdiri dan dengan
cuek dia membuka celana pendeknya dan menggantungnya di kawat supaya cepat
kering.
Tahu sendiri lah, kuli-kuli
bangunan kalau ganti baju seenaknya, telanjang di depan orang. Kalau kerja
biasa telanjang dada, cuma pake celana pendek atau jeans dan kadang nggak pake
celana dalam. Kalau pipis seenaknya, dan kalau sudah sore, mandi bareng2 dengan
pintu kamar mandi terbuka
Saat itulah aku melirik ke
arah selangkangan Bang Burhan.
Wwooo...!.
Nampak celananya kolornya
menjendol. Sepertinya ada yang mendesak dari dalamnya, otomatis mataku terpana
memandang tonjolan alat kelamin Bang Burhan dibalik celana dalamnya.
Rupanya tatapan mataku yang
melotot kepergok oleh Bang Burhan.
“Lho knopo tha ‘Win? Kok
manukku mbok plototi ngono?” (Lho, kenapa sih Win, kok kamu memperhatikan
kemaluanku begitu?)
“Dek Win suka?” tanya
Bang Burhan dengan perasaan risih karena selangkangannya kuperhatikan begitu.
.
“Suka apaan?”
Aku pura2 tak mengerti
pertanyaan dia. Malu.
“Adek suka sama Abang ya??” Bang Burhan bertanya
Dengan polosnya aku mengangguk
diluar kesadaranku.
“Abang tahu kok Dek Win suka ngeliatin selangkangan Abang.”
“Hahhh?”
Aku gelagapan karena ketangkap
basah.
“Adek mau lihat ‘burung’ punya abang gak?” tanyanya lagi
Lalu secara demonstratif Bang
Burhan mengelus-ngelus jendolan kontolnya.
Lagi2 dengan begonya aku
mengangguk.
******
Matanya CELINGUKAN, tengak-tengok ke kiri kanan,
takut ketahuan.
Lalu, sedikit-demi sedikit ia
menyingkapkan sehelai celana dalam penutup aurat ke bawah. Bebuluan mulai
saling kejar-mengejar di sepanjang kaki dan lutut Bang Burhan.
Ketika celana dalam itu sudah
merosot sampai lutut Bang Burhan, hawa ruangan itu berubah. Aroma lelaki
terpancar kuat dari pangkal paha yang rimbun itu.
Jantungku berdegup semakin
kencang.
Satu setengah meter dihadapannya, aku duduk dengan pandangan
terbelalak menatap kemaluan Bang Burhan yang indah terkulai. Biji lelaki
kembarnya seakan bersarang di atas bebuluan yang hitam dan lebat. Batang
zakarnya terlihat nyaman bersemayam. Kepala
kemaluannya berbentuk jamur besar.
Tanpa malu2, Bang Burhan
mempertontonkan alat kelaminnya yg masih lemas.
“Bagus gak ‘burung’ Abang?” tanya dia
menyelidik.
Dasar bego!, aku lagi
lagi mengangguk dan menjawab: “Iya bagus Bang. Gede banget”
Aku tidak tahu apa yang ada di
pikiran Bang Burhan, tapi mendadak dia ngomong.
“Bisa dibikin lebih gede lagi”.
“Gimana caranya?” tanyaku.
“Ayo Dek, kita ke kamar
belakang aja yuk??” katanya.
Bang Burhan menutup celananya
lagi, lalu dia meraih tanganku untuk mengikuti dia.
Begitu masuk di bedeng buruh, hidungku
langsung mencium bau keringat dari tubuh2 lelaki gempal para buruh itu.
Baunya jantan, ada kesan bau campuran rokok dan bau keringat pekat yang membuat aku gelisah.
Aku duduk di tikar yang
dipasang di lantai sambil menggigil kedinginan.
Melihat aku menggigil
kedinginan, Bang Burhan mendekat.
“Kesini deh, Abang pelukin Dek Win biar hangat” katanya sambil merangkul tubuh kecilku dari belakang sehingga dapat
kurasakan badannya yang hangat menempel.
Aku ditariknya ke dalam
rangkulannya tubuh lelaki yang kekar ini, lalu aku disuruh menyandarkan kepalaku ke dadanya yang bidang dan
lebat bulu itu. Aku nikmati saja gesekan pipiku pada bebuluan kasar Bang
Burhan di sana. Aroma khas lelaki sejati dapat aku rasakan dari balik ketiak
yang penuh rambut itu.
Aku senang sekali dipeluk oleh
lelaki jantan berbadan kekar yang telanjang. Tapi yang membuatku berdebar
adalah saat tanganku bersinggungan ke selangkangan Bang Burhan dan merasakan jendolan alat
kelamin dia di balik celananya.
******
Dan saat aku menunduk dan melihat ke
selangkangan Bang Burhan, dan tepat di persimpangan paha kekar lelaki yang
bermandikan keringat itu, seonggok benda tumpul dengan gagahnya tercetak jelas
dari balik celana kolor yang dia pakai.
Entah kenapa aku merasa
penasaran:
“Boleh pegang Bang?” tanyaku dengan polosnya
"Ah, wong podo lanange
koq dulinan kontol" (sama-sama lelaki kok maenin kontol) katanya.
"Enggak opo-opo, aku
seneng nek ndelok penis sih dowo ngene," (aku suka lihatnya) jawabku.
“Ya boleh deh!, Adik boleh pegang”.
Bang Burhan berkata begitu,
tapi didalam hatinya dia merasa aneh mengucapkan kata2 itu.
Bang Burhan yang sudah
beristri dan sudah punya 2 anak, merasa heran karena tiba tiba saja dia
merasakan gelora nafsu yang membara terhadap anak majikannya itu.
Sekali lagi, matanya CELINGUKAN, lihat ke kiri kanan, takut
ada orang mengintip ke dalam kamar.
“Nih, pegang ini Dik..”
Dan mendadak Bang Burhan
meraih tanganku dan aku disuruh memegang celana dalam tempat alat kelaminnya
bersarang.
--------------------------------------------
Bang Burhan membiarkan
jari-jari tanganku bermain di tonjolan yang masih tertutup celana
dalamnya. – Rupanya pegangan tanganku merangsang Bang
Burhan.
Heran..!, daging kenyal yang
tadinya masih lemas, perlahan tapi pasti seonggokan daging zakar Bang Burhan mulai membesar dan
mengeras diantara pahanya yang kekar hingga terasa oleh genggaman tanganku.
“Wah iso mlembung manu’e yo
Bang?” …(Wah, kok bisa berdiri ya?) kataku dengan polosnya.
Dengan susah payah Bang Burhan
menahan napsu birahinya kepada ku. Dia berusaha terus terus dan terus untuk
‘eling’ (ingat - sadar). Orang-orang bilang nafsu itu dosa… apalagi dia sadar, umur aku
masih terlampau muda belia.
“Jangan lah,
nanti aku lepas kendali, tak tahulah apa yang akan terjadi…” Demikian mungkin pikir Bang Burhan
Tapi mungkin suasana yang sepi
dan hujan membuat Bang Burhan kehilangan akal sehatnya.
Kulitku yang yang kecoklatan
terlihat mulus sekali.
Tapi yang membuat Bang Burhan
gemas mungkin parasku… di matanya terlihat lucu sekali… cakep… seperti
anak-anak juragan. Ingin rasanya Bang Burhan mencubit bokong (pantat) ku yang
mungil, kenyal dan bundar.
-----------------------------------------
Dan Bang Burhan membelai belai
rambutku yang basah dan meraba raba tubuhku yang masih menggigil kedinginan.
“Abang suka sekali sama anak
cakep seperti Dek Win” katanya merayu aku sambil membelai belai sekujur tubuhku yang masih menggigil
kedinginan. Bahkan tangannya mulai menggerayangi dadaku dan bibirnya mencium tengkuk dan leherku dari
belakang.
Entah kenapa aku seperti
terhipnotis oleh perlakuan Bang Burhan, sehingga aku biarkan saja saat celanaku
DIPELOROTKAN oleh dia
sampai aku telanjang.
Sebagai bocah remaja yang
masih hijau dan tak berpengalaman, aku diam saja dan membiarkan diriku dicumbui
untuk pertama kalinya oleh seorang laki laki dewasa.
Bang Burhan kelihatan sudah
terangsang hebat dan sangat bernafsu.
Tanpa malu2, dia langsung
membuka celana dalamnya.. Tangan kanannya langsung merogoh dan mengeluarkan
kontolnya.
‘Aduh, enak nih kalau di
pijat-pijat’.
“ Adek bantu pijatin yah.……’.
‘Hhee eehh…….’.
‘Ayo Dek pijitin, enakkk
banget dehhh…’.
Tentunya sebagai lelaki hetero
yang normal Bang Burhan
tidak mungkin akan meminta aku melakukan perbuatan yang aneh2,
paling minta kontolnya dipegang atau maksimal dikocok atau diloco (atau
mungkin dia tidak tahu harus berbuat apa).
Bang Burhan menarik tanganku
dan aku disuruh meraih dan menggenggam batang daging kelaminnya.
Akhirnya tangan kananku
memijat-mijat dan mengurut-urut.
Kontol Bang Burhan ternyata
ngaceng makin kerassss!!!.
Bang Burhan mendesah
merinding.
Dia bilang pijatanku nikmat
banget. Dia bilang udah lama kepingin dipijitin macam ini.
‘Oooohhh Dik …., ennaaakkk
bangettt…….’.
******
“Dek Win, ,.. Adik … CIUM kontol Abang yaaaahhhhh……??’, dengan sedikit serak dia
membisik.
Ahh, akhirnya terucap juga!.
Dia mendorong kepalaku ke bawah karena rupanya dia minta aku mencium kontolnya
Tanpa menunggu jawabanku, Bang
Burhan langsung menyodorkan kontolnya ke arah bibir mungilku.
Dengan patuh, awalnya aku
mencium bongkah daging kontol yang dahsyat itu, tapi Bang Burhan MENUNTUT LEBIH.
"Isepin donk Dik. Abang
udah nafsu berat, nih," pinta Bang Burhan membujuk sambil membelai-belai rambutku.
Awalnya aku ingin menolak
karena menelan kontol masih kuanggap menjijikan.
Disuruh ambil jemuran yang ada
celana dalam orang lain saja aku masih jijik, apalagi suruh ngoral (gak
nyambung ya? Hehe...)
Tapi tanpa ba-bi-bu, disorongkan penis Bang Burhan
itu ke mulut ku..
Awalnya aku menutup mulutku
rapat2 karena memang aku masih JIJIK kalo disuruh malahap alat kelamin itu.
Karena aku masih menutup
bibir2 ku rapat .. bang Burhan sepertinya agak marah...
"Ayo mangap po'o..
Enak kok.. Tenan aku ga mbuju'i " (dia meyakinkan aku kalo ngoral itu enak...)
"Moh mas.. mambu!".. aku menolak karena takut kalo bau
"Gak .. gak mambu.. Iki
mau sak durunge tak wisuhi disek karo sabun "
Hehe... Bang Burhan bisa saja
mebujuk aku.. (dia bilang kalo kontolnya nya sudah di cuci dengan sabun ...)
******
Karena desakan dia, maka dengan patuh aku pelan-pelan membuka bibirku lebar-lebar.
Setelah itu Bang Burhan memasukan penis nya lagi ke bibirku... dan akhirnya penis Bang Burhan
bersarang dimulut ku..
"Anak pintar," puji Bang Burhan seraya mendorong kontolnya
masuk dan menyuruh aku mencaplok dan mengenyot-enyotnya.
Mau tak mau, aku harus menerimanya.
Cairan pre-cumnya bocor dari lubang kontol Bang
Burhan, meluncur ke lidahku. Rasanya agak asin dan terasa licin di lidah. Pelan
tapi pasti, aku mulai terbiasa dengan rasa precum.
SLURP! SLURP! SLURP!
Didorong oleh insting
kehewanan, aku melahap ular tidur tersebut di dalam mulutku.
Bang Burhan-pun seketika
mengerang merasakan kenikmatan jasmani tersebut.
Tubuhnya kemudian berbaring
terlentang di atas dipan. Seperti layaknya seorang ibu yang hendak melahirkan,
Bang Burhan membuka pangkal pahanya agar aku lebih leluasa bergerak memuaskan
keinginan dia.
Aku menghisap batang zakar itu
naik turun. Aku mengulum kepala kemaluan itu seakan sedang menikmati
santapan terlezat seolah olah aku sudah terbiasa ngoral, padahal seumur hidup
aku tak pernah melakukan hal seperti itu.
Aku bingung kenapa aku kok
mulai suka cita rasa batang kontol Bang Burhan?.
Bang Burhan merasa benar-benar
santai dan ia meletakkan kedua tangannya di belakang kepala sebagai bantalan.
Bulu dada lebatnya yang tampak basah oleh keringat terus merambat hingga menjumput
dibalik kedua ketiaknya.
"Aahh.. Oohh.. Sedot
terus, aahh.." desah Bang Burhan, memejamkan matanya, merasakan mulutku yang menyelimuti
kontolnya.
"Oohh.. Aahh.. Abang mau
muncrat.. Oohh.." erang Bang Burhan, tubuhnya basah dengan keringat
“Ugh… ugh….” Bang Burhan terus mengerang.
Tubuhnya terkejang kejang oleh
desakan kuat yang seakan hendak meledak sampai sekujur tubuhnya merinding oleh
suatu kenikmatan yang mengunyah dirinya.
Aku juga menyadari perubahan
geliat tubuh Bang Burhan tapi aku tak sepenuhnya mengerti bahwa reaksi tubuh
lelaki seperti itu sebenarnya pertanda dekatnya klimax seksual yang sedang
dialami Bang Burhan.
Tubuh Bang Burhan mulai
mengejang-ngejang. Kontolnya yang bersarang di dalam tenggorakkanku terasa
menggembung.
‘Waaduuhhhh Adeeekkkk …….,
amppuunnn eennaakkknyaa…….
Wwwwwooooo.
Aaarrrcchhhhhhhh…’.
Mungkin karena terlalu bernafsu
Bang Burhan tak mampu mengendalikan diri
“Oohh!! Dek!. Aku mau keluaaaar!”
******
Sebenarnya, Bang Burhan
berniat ingin mencabut kontolnya keluar karena tidak tega menyemburkan maninya di dalam mulutku. Baginya,
hal itu terasa seperti merendahkan martabat anak majikannya itu.
Namun karena saat itu kepalang tanggung dan tak mau melepaskan kontolnya;
aku terus menghisap dan menghisap.
Dan Bang Burhan tak tahan
lagi. Dia harus ngecret, sekarang juga!!
Kemudian dengan cepat Bang
Burhan memuntahkan lahar putih panas dan air maninya menyembur deras,
membanjiri kerongkonganku yang baru pertama kali mencicipi sperma laki-laki.
Ccrroott!! Ccrroott!!
Ccrroott!!
Dan dengan itu, Bang Burhan
meledak. “Aarrgghh!!”
Berulang kali ia memuntahkan
cairan kenikmatannya di dalam rongga mulutku hingga dia terkulai lemas dalam
kuluman dasyat itu. Setiap tembakan pejuh, diiringi jeritan dan erangan nikmat
dari mulut Bang Burhan yang bergetar menahan nikmat.
Tubuh Bang Burhan tergolek
lemas tak berdaya, letih sekali setelah mengalami klimaks yang luar biasa.
Aku agak bingung dan sibuk.
Rasa pejuh itu macam kelapa kopyor. Cairan kental itu gurihnya bukan main.
Sebagian langsung terminum olehku dan sebagian lain ada yang nyiprat ke pipiku,
ke dagu, ada di tangan dan sebagian lain di leher dan tercecer ke lantai.
‘Maaf Dek, aku nggak bisa
tahan nafsu tadi. Sungguh, aku nafsu banget …. Uuhhhh…’,
Suara Bang Burhan terdengar
khawatir. Maklum ini mungkin merupakan perbuatan yang pertama kali
dilakukan oleh Bang Burhan. Masih besar rasa takutnya.
Aku tak mengerti bahwa cairan yang barusan aku reguk
sebenarnya lendir sperma yang merupakan benih benih manusia keturunan Bang Burhan.
--------------------------------------------
Ya ampuuun...
Bang Burhan sebagai orang
kampung yang lugu, ternyata MENCERITAKAN semua kejadian yang pertama itu secara terus
terang kepada MAS TONO dan MAS DIKIN, teman2nya para kuli bangunan itu.
Mereka bertiga melihat ke arah
aku sambil ngobrol dan ketawa cekikan, pastinya membicarakan aku.
Tanpa diduga, keesokan harinya
Bang Burhan bilang: “Dikin dan Tono juga kepengen mencoba Dek”
Aku kaget. Aku tidak mengerti
maksudnya.
“Mencoba apa Bang??”
“Pengen dikenyotin kontolnya
oleh Adik”
Tentu saja aku menolak.
“Lho kenapa?. Kan mereka
ganteng-ganteng dan burungnya besar2 lho?” katanya.
Aku pura2 diem, tapi penasaran
gimana bentuknya kontol kedua kuli yang lain.
--------------------------------------------
Siang itu juga, Bang Burhan
langsung mengajak aku ke kamar kuli dan menyuruh MAS TONO dan MAS DIKIN ikut masuk.
Aku yang masih terkejut
mendengar permintaan itu menatap Bang Burhan, sementara Mas Dikin dan Mas Tono
segera menyandarkan badan di dinding kamar.
Bang Burhan kemudian beranjak
duduk di belakangku dan memeluk aku dari belakang, lalu dia mengusap-usap rambutku yang lembut,
selayaknya sikap seorang kakak terhadap adiknya sendiri.
“Nah, Adik kan enak, bisa sedotin 3 kontol” katanya
Ketiga pria gagah di hadapanku
mulai menapakkan kaki mereka dan naik ke dipan. Satu persatu, para kuli itu
perlahan memelorotkan celana kolornya masing-masing. Pertama Bang
Burhan dan Mas Tono
“Tuh liat Dik… Burung
kami besar-besar kan?, Adik seneng ndak?”
Aku mengangguk sembari
terkesima saat menyaksikan kedua kemaluan lelaki yang berbentuk sangat indah
itu terpampang di hadapanku. Keperkasaan yang diapit oleh sepasang
paha yang rata rata kukuh dan kekar itu bagai memancarkan daya magis yang menghipnotis
aku.
“Sekarang Adik kenyotin kontol
kami ya? Kata Bang Burhan
“Ya, kami bertiga bersedia
menyusui Dik Edwin …” Kata kuli yang lain
Tubuh-tubuh kekar yang kini
sudah bertelanjang bulat mengibarkan aroma kelelakian yang dahsyat di gubug kecil itu.
Mereka bergiliran minta diisep:
“Supaya Dik Edwin puas menyusu
dari kontol kami bertiga”
Gila!.
Hebatnya kuli2
berbadan kekar itu mengerubuti badan telanjangku dengan bernafsu.
Heran yah, kok
cowok2 itu pada gede nafsu?.
Aku hanyalah makhluk kecil yang dipenuhi rasa-ingin-tahu, dan tak berdaya
dalam kepungan 3 lelaki-lelaki dewasa yang penuh birahi.
Aku mulai melayani kemauan
mereka satu persatu secara bergantian. Yang pertama
Bang Burhan, kemudian Mas Tono juga secara begiliran. Sedangkan MAS DIKIN
dengan sabar menantikan giliran.
Desah dan rintihan kenikmatan
saat para pemuda itu satu persatu menjejalkan batang kelaminnya kedalam mulutku
dan memuntahkan air mani mereka yang panas.
Ccrroott!! Ccrroott!!
Ccrroott!!
Ccrroott!! Ccrroott!!
Ccrroott!!
Ccrroott!! Ccrroott!!
Ccrroott!!
Tak henti2nya burung-burung para kuli itu memuntahkan pejuh yang panas. Erangan kenikmatan terdengar saat mereka
terlempar ke klimaks kepuasan secara bergiliran dan menebarkan birahi yang mengambang
disetiap sudut kamar itu.....
--------------------------------------------
Ketika giliran tiba giliran MAS DIKIN yang sekarang menyibakkan celana, aku terkejut.
Mataku terbelak!.
Dan kaget saat dia memperlihatkan harta karun nya yang paling berharga…
Oohh dewa
dewa...!.
Sekonyong-
konyongnya aku lihat organ tubuh manusia yang paling sexy..
Wwwooooooo…..,
panjangnyaaaa, gedenyaaa………!
Kontol Mas Dikin...
ternyata sudah ngaceng!. Terlihat begitu gagah, kokoh, perkasa!.
Kontol itu teracung acung di
depanku. Batangnya agak bengkok ke atas, kepalanya yang besar bak cendawan yang
mekar berwarna agak kemerahan. Kontol yang gagah itu terlihat amat gemuk,
dan panjangnya sungguh fantastis. Seumur hidupku, baru pertama kali
itulah aku melihat kontol laki laki yang berukuran sebesar itu!.
Heran!. Padahal badan
Mas Dikin yang paling KURUS diantara mereka.
Siapa sangka dibalik tubuhnya
yang CEKING, dia ternyata menyembunyikan sebongkah daging kelamin yang amat luar biasa!. Jauh lebih
besar dari kepunyaan Bang Burhan dan Mas Tono.
Ukuran yang dahsyat itu
sungguh abnormal. Apakah itu karena kesalahan genetika?. Bahkan sampai
dewasapun, aku tidak pernah lagi melihat ukuran alat kelamin lelaki yang
se-dahsyat punya Mas Dikin!.
******
Mas Dikin duduk menyandarkan badan ke dinding sambil melebarkan kakinya
sampai terbuka, kemudian dia meraih kepalaku ke tengah selangkangannya.
Astaga..!. Rupanya Mas Dikin sudah tidak sabaran.
Baru saja aku membuka bibirku,
tahu-tahu pemuda gagah itu langsung menjejalkan kontol gedenya ke dalam mulut ku...
Respon awal ..., rasa mual
menyergap...
Batang kontol Mas Dikin yang
gede panjang menerobos sampai ke dalam tenggorokanku.
Huekkks..
Hampir saja aku muntah
Mas Dikin sebetulnya pria yang pendiam dan paling alim,
tapi dia malah bilang:
" Dancok..... di
kek'i enak kok malah mau muntah " umpatnya. (Dia bilang di kasih yang enak kok malah mau muntah).
"Llha sampeyan sih Mas, kontol sak gedebog ngono kok di lebok no kabeh. aku yo kaget.,..”. (Aku bilang ke Mas Dikin kalau penis segitu
besarnya kok di masukkan semuanya).
"Yo wes pelan2 wae.. tapi
ojo muntah maneh yo" . (Dia bilang akan masukin penis dia lagi tapi
pelan..).
Begitu kontol Mas Dikin yang
belepotan pre-cum itu menyentuh jauh ke tenggorokanku, kembali aku merasa mual dan ingin muntah. Tapi kedua tanganku dipegang
oleh dia dan aku tak mampu mengeluarkan kontol itu dari mulutku.
******
Birahi tinggi telah
menghipnotis Mas Dikin.
Ular naga sebesar itu
semakin galak dan semakin perkasa. Buah kelelakiannya pun semakin
mengencang, bau jantan semakin terasa intensitasnya.
Mas Dikin yang tadinya kukira
lelaki yang alim, ternyata suka memaksa!. Dia ngotot.
Kedua tangannya memegangi kepalaku dan dia
sengaja men-dorong2 kepalaku untuk memberikan pengarahan bernafsu tinggi.
Tentu saja aku langsung
kelimpungan.
Kontol Mas Dikin itu
wuuuiiihhh...!, kenceng, keras, gede dan panjaaaang.
Aku sampai megap megak tak
bisa bernafas karena kerongkonganku tersumbat oleh batang kontol sebesar itu,
tapi Mas Dikin terus saja mendorong-dorong kontolnya dalam gerakan ngentot.
Tak lama kemudian sang ULAR NAGA MENGAMUK dan Mas Dikin mengerang.....,
Merintih......,
Meracau …
Oooouugggghhhh…..!!.
CROOOTT.... CROOOTTT....
CROOOTTT...
Kontolnya terus menembakkan spermanya, dan lagi, lagi, lagi dan lagi.
Air mani yang sering membuahi
rahim istrinya dan sudah menciptakan 3 anak-anak keturunan Mas Dikin,
digelontorkan kedalam perutku.
“Hhoohh!! Aarrgghh!! Uuggh!!
Oohh!!”
Mas Dikin terkapar di lantai
kayu itu. Tubuhnya terasa lunglai seolah seluruh enerji kehidupannya sudah
terserap oleh aku. Aku pun membiarkan batang berwarna hitam kecoklatan itu
melemas di dalam mulutku.
Tidak tahu berapa menit telah
hilang dari hidupnya, Mas Dikin seperti tak sadar terlena keajaiban langit ketujuh yang belum pernah dia
rasakan sebelumnya.
Mas Dikin kemudian menarik
wajahku dan menciumku. Dia dapat merasakan kentalnya cairan maninya
sendiri di mulutku. Aroma sperma esensial lelaki dewasa menyerbak dari gigi geligi kecilku.
Kami berdua terjebak dalam
ciuman mesra itu cukup lama sambil diperhatikan oleh Bang Burhan dan Mas Tono.
Aku merasa senang dapat
membahagiakan 3 kuli jantan sekaligus siang itu.
Luar biasa kejadian siang itu
dimana aku merasakan 3 kontol kuli-kuli kekar di mulutku, disembur dan ditanami benih-benih birahi dari tiga lelaki jantan, terutama dari kontol Mas Dikin
yang ruarrr biasa itu.
--------------------------------------------
Sejak itu, nampaknya ketiga kuli bangunan itu benar-benar
terobsesi oleh permainan baru.
Karena situasi rumah pada
siang hari yang selalu kosong, maka setiap kali sedang birahi naik, ada
saja salah satu diantara para buruh bangunan itu yang menuntut untuk dipuaskan.
Tak perduli kapan dan dimanapun juga, mereka memelorotkan celananya, lalu
sambil berdiri mereka menyuruh aku untuk menyusu dari kontolnya.
‘Pejuhku enak Dik ?. Ini Mas
mau kasih lagi yaaa !’, begitulah omongan mereka.
Suara mereka serak-serak dan
tersendat menahan birahi yang masih memuncak.
Alat kelamin yang sifatnya
merupakan organ tubuh paling pribadi dari tubuh laki laki dengan gampangnya
disodorkan kedalam mulutku.
‘Adik kenyotin kontol Mas lagi
ya?. Adik menyusu lagi ya?. Supaya adik Puas menyusu Dik?!’.
Waktu itu rasanya para kuli itu seperti tak
menghargai aku sebagai anak majikan, tapi entah kenapa, aku patuh saja menuruti
kemauan mereka, malah aku senang melihat mereka bisa merasakan kenikmatan dan
kepuasan jasmaniah seperti itu.
Dilain pihak, aku mengira ngisep kontol
sesama lelaki adalah perbuatan yang wajar. Dan akupun mulai menganggap cairan sperma dari
lelaki2 dewasa yang gagah sebagai PROTEIN utama yang jadi santapan rohani bagi diriku.
--------------------------------------------
Suatu hari aku baru pulang
sekolah, tapi begitu sampai rumah secara DIAM-DIAM Mas
Dikin mengajak aku ke bedeng buruh. Aku sebetulnya masih capai tapi dengan setengah paksa dia menarik aku masuk TANPA SEPENGETAHUAN kedua kuli yang lain.
Mas Dikin mencopot seragam sekolahku dan menelanjangi aku sampai tinggal
celana dalam.
Tapi saat itu kejadiannya berbeda!.
Padahal biasanya, Mas Dikin cuma membuka ritsleting celana dan langsung
menyuruhku ngisep kontolnya, tapi kali ini dia membuka seluruh pakaian sampai
dia juga telanjang bulat!. Itulah pertama kalinya aku melihat tubuh
telanjang Mas Dikin, ramping, agak kurus, tapi sexy juga.
Mas Dikin langsung memeluk aku dan meraba raba tubuhku, lalu tangannya
menyusup ke balik celana dalamku, mengusap usap buah pantatku yang mungil
dengan gemas.
Kali ini Mas Dikin membaringkan aku, lalu dengan mesra pemuda gagah
itu mencopot celana dalamku sampai aku telanjang bulat. Selanjutnya dia menciumi sekujur tubuh mungilku
yang telanjang dengan bernafsu. Lidahnya tertanam dalam
mulutku. Lalu lidahnya berpindah dan menjilati puting kecil di dadaku.
Setelah itu, tangan kiri Mas
Dikin menggeser kedua belah kakiku dan membelai-belai belahan pantatku yang
kenyal itu. Lalu tangan kanannya menjelajah menyisir selangkanganku dan jari
jarinya menggelitik lubang anusku yang rapat dan masih perawan.
Aku tidak tahu apa yang dia ingin lakukan.
Lalu Mas Dikin mengangkat
kedua kakiku ke awang-awang sehingga selangkanganku terbuka dengan jelas
memancarkan celah sempit tepat di depan wajahnya. Perlahan dia mulai menjilati pahaku yang
empuk. Kemudian ia menciumi dan menjilati garis pemisah paha dan pantatku.
Sedikit demi sedikit lidah Mas
Dikin kini dijilatkan di atas bibir anusku. Wewangian yang merangsang rupanya
tercium oleh dia yang segara menjilatinya dengan mesra.
“Mas…” suaraku mulai terdengar terengah-engah.
Otomatis aku mengerang.
Ya ampun, kuli yang pendiam dan alim ini kok nakal banget ya?.
Selama ini, Mas Dikin hampir tak
pernah menyentuh daerah pantatku. Tapi siang itu aku benar-benar terkejut. Sikapnya sangat berbeda dari biasanya!.
“Duuh Mas …, tolong… Mas
sedang ngapain …?”
Aku terperanggah, tak menduga
kalau Mas Dikin mau melakukan perbuatan yang tak masuk akal itu.
“Dik, enak ndak?”
Dengan paksa Mas Dikin mencoba
menyelipkan ujung lidahnya yang nakal ke dalam liangku yang membara. Aku mengalami kenikmatan yang luar
biasa.
Tubuhku terus menerus
mengejang dan gemetar dengan suara mengerang lirih dari mulutku.
”Mas Dikiiiinnn....."
Saat memandang wajahnya yang
ganteng, kulihat mata Mas Dikin terlihat merah, deru nafasnya terdengar
mendengus-dengus dan tubuhnya gemetar, semua itu pertanda laki laki yang sedang
bernafsu.
--------------------------------------------
Rupanya siang itu Mas Dikin
terserang birahi yang memuncak, mungkin karena pemuda gagah
itu sudah lama tidak ngentot dengan istrinya sehingga gairahnya naik ke ubun2 dan butuh dilampiaskan.
“Mas gemes liat badan mulus Adek, kayak cewek” kata Mas Dikin sambil menggerayangi
tubuh telanjangku dan meraba
raba dadaku.
Sumpah!, sampai sekarang aku
tidak pernah tahu apakah Mas Dikin ada bakat Biseks?.
Tapi rasanya tidak mungkin!!!. Atau dia hanya terpengaruh oleh kondisi pada
saat itu (atau mungkin betul karena dia sudah lama tidak ngentot sama istrinya)
Ya, Mas Dikin BUKAN seorang biseksual, dia
normal, tapi dia lelaki maniak yang gede nafsu. Kalau sedang bernafsu, lubang
apapun akan diembatnya!,
Sementara yang ada dihadapan
dia cuma aku dengan tubuh mulusku yang mungil!. Mangsa penurut yang jinak
pikirnya.
“Benar-benar
membuatku bernapsu…” Demikian pikir Mas Dikin
“Bocah ini masih
perawan dan tak satu helai rambutpun kutemukan di sekitar kelamin dan
duburnya…”.
--------------------------------------------
Dan kemudian kalimat yang tidak pernah kudengar sebelumnya dia ucapkan!..
“Aku pengen ngebool Dik” katanya sambil mengelus pantatku.
Aku tak mengerti apa yang dia
maksudkan.
“Dik… Aku ingin kasih sebuah kenang-kenangan, hadiah buat Dek Win…”
“Apa Mas?” tanyaku tak mengerti.
“Hmm, begini… Mas ingin
menanamkan benih-benih keturunan Mas di dalam tubuhmu… Emm… Dek Win mau kan kalau Mas bersetubuh denganmu?”
“Jangan Mas” aku menolak, padahal sejujurnya aku TIDAK MENGERTI arti kata “bersetubuh”.
“Hhmmmmmm…… Gak apa-apa Dik..., Mas ajarin..,” sambungnya lagi mesra.
Mas Dikin memelukku dan mencium
bibirku….cup, cup, cup….lantas bibirnya menggigit bibirku dan dia
melumat, mengulum mulutku dengan ciuman yang bernafsu.
Aku dipeluk dengan erat,
sehingga tubuh kami yang sama-sama telanjang saling bergesek, terasa sekali
kontol Mas Dikin yang ngaceng, menempel keras di perutku.
Mas Dikin menindih aku sambil
menggesek-gesekan batang kontolnya penuh nafsu, bibirnya tetap memagut mulutku dengan erat.
******
Kini Mas Dikin berdiri dan
dengan cepat ia membaringkan aku dilantai bedeng buruh sampai terlentang. Kedua kakiku diangkat keatas
disandarkan di bahunya sehingga selangkanganku terbuka lebar. Lalu dia meludah
dan mengoleskan air liurnya di bibir anusku.
Didalam pikiran lugu seorang anak kecil, aku hanya diam apatis dan pasrah
menerima segala perlakuan Mas Dikin yang kuanggap “lebih pengalaman”.
Kontolnya digenggam dan
disodokkan ke duburku, tapi terlalu besar, susah masuk, ditekan dua kali tetap
susah masuk. Tentu karena ukuran kemaluannya terlampau
besar dibandingkan lubang anusku yang sempit. Lagipula Mas Dikin tidak berpengalaman dan seumur
hidupnya belum pernah mensodomi sesama lelaki, kelihatan sekali gerakannya
canggung dan ragu2.
“Siap siap ya Dek...” kata Mas Dikin si buruh bangunan,
Pastinya Mas Dikin tidak pengalaman dan belum ngerti cara ngebool lubang
pantat cowok. Dipikirnya, karena aku sudah
pasrah, artinya aku siap dibobol oleh kontol pemuda gagah itu.
Bleeeessss……….bleees dan bleeeebbbeeeeeeeessssssssss…….
Akhirnya batang kontol Mas
Dikin melesak masuk.
Dia sampai gak percaya lubang pantatku
bisa menampung kontol gedenya yang ngaceng, secara badanku masih kecil.
Wuuuiiih……
Badanku otomatis rasanya
meriang…… kontol Mas Dikin terasa sangat besar dan berat dalam anusku. Seketika rasanya perutku sesak
dan panas.
Perlahan-lahan Mas Dikin
menggoyang-goyangkan pinggulnya, halus dan hati-hati, aku masih dapat menikmati
rasanya. Tapi rupanya nafsu dia semakin tinggi, semakin bergairah, ia bukan saja
mempercepat geraknya tapi juga meremas-remas perut dan alat vitalku…..
”Aaaaaauuuuw…!!” jeritku. Suakitnya... minta ampyuuuunn..!.
“Kenapa Mas siksa aku begini?” tanyaku sambil membiarkan tubuhku dipeluk Mas Dikin.
“Karena aku sayang kamu Dek. Aku suka kamu…” jawab Mas Dikin.
Aku diam. Tak terasa air
mataku menetes..
“Kenapa Adek nangis?” tanya Mas Dikin sambil menghentikan gerakannya.
Aku diam tak mampu menjawab.
Mataku terpejam.
Ada rasa yang campur aduk.
Mas Dikin semakin sinting, pria perkasa itu tidak perduli bahwa aku adalah anak majikannya. Gerakannya seperti jarum
mesin jahit…..semakin cepat dan semakin keras, sodokannya membuat aku hampir
pingsan. Lubang anusku terasa panas.
******
Mas Dikin ternyata seorang
pengentot yang kasar. Entotan kontolnya tak tentu arah dan cukup
menyakitkan. Aku yakin setiap cewek yang pernah dientot dia pasti merasakan kesakitan seperti
yang kurasakan kini.
Hampir lima belas aku digarap
Mas Dikin, aku sudah menyerah, kehabisan tenaga. Tapi dia semakin gila
“Sssssssshhhh
…….ssshhhhh…….nikmaaaaaaaaaat………….Diiiikkkk !!!!!!!!!”
Dia mendesah dan meringkik
…….Ccreeeeeeeeeeeeeetttttttttttttttt
!!!!!!
Akhirnya meledak juga
pertahanan Mas Dikin, dengan pelukan teramat kuat dia menjepit badanku,
kontolnya ditekan habis-habisan di anusku…….
”oooooh….oooohhh !!
Dia mencapai ejakulasi!.
Semburan benih-benih manusia
yang sudah menghasilkan 3 anak, sekarang ditanamkan kedalam tubuhku, se-olah2
pria perkasa itu juga ingin menghamili aku dan membuat
anak ke empat.
Kami berdua terkulai lesu,
nafas kami berdua terputus-putus, kami berpelukan seketat-ketatnya
Mas Dikin berbisik
“Nikmat sekali
Dek…..”
“Baru sekali aku ngebool
lubang cowok, pantat Adek enak kali, rapet, bisa
bikin aku jatuh cinta!” lantas ia menciumku berkali-kali.
Sebenarnya aku sama sekali nggak merasa
enak atau nikmat.....
Sakit banget ditusuk kontol Mas Dikin.... Rasanya aneh. Kok gitu ya.....???
Sakit banget ditusuk kontol Mas Dikin.... Rasanya aneh. Kok gitu ya.....???
Tapi Mas Dikin kelihatan puas
banget, ia mencium pipiku.
“Mimpi apa aku semalam, bisa
ngentot bocah mulus begini, mainnya enak pula…..” Demikian mungkin pikirnya.
Tak lama kemudian, Mas Dikin memakai celananya kembali dan berkata:
“Nanti malam aku mau bobo sama Adek, supaya Mas puas tiduri badan mulus Adek sampai pagi” ia memujiku, lalu dia
ngeloyor pergi meninggalkan aku sendirian di bedeng buruh.
--------------------------------------------
Dan betul saja!.
Malam ini pintuku diketok
perlahan dan Mas Dikin nekad, mengendap masuk kedalam kamar padahal orang tuaku sedang
tidur di kamar sebelah.
Aku sebenarnya tidak ingin
kejadian itu terulang lagi. Dibool oleh Mas Dikin nggak nyaman banget, sakitnya
sampe di-ubun2 dan udahnya lubang pantatku sering terasa ngilu, perih. Aku ingin melawan dan berusaha menghindar, tapi aku juga merasa ketakutan.
Mas Dikin langsung menyeret
aku ke atas kasur.
Lalu pemuda gagah itu mencopot
celananya dan langsung menyodorkan kontolnya lagi ke mulutku
“Kamu ini nakal deh.”katanya sambil meraih kepalaku
“Ayo kenyotin lagi Dek....,
Enak diisep sama Adek tau!”
Lalu sambil menggeram, dia
menelanjangi aku
Aku panik dan mataku menatap
penuh ketakutan.
"Jangan, Jangannn Mas. Aku mohonn…nn. Ampuuuunnn ”,rintihku.
Tapi Mas Dikin sudah terbakar
oleh nafsu syahwat, dia membekap mulutku supaya tidak berteriak.
“ ya wes, tha perkosa aja
kowe…!” katanya (ya udah, kamu aku perkosa aja)
Mas Dikin bergerak mendekati bagaikan
binatang yang akan menyergap mangsanya. Mungkin dia menganggap aku seperti perek di pinggir kali.
‘Salah kamu sendiri yang penurut dan ‘gampangan’ kok…”’ Mungkin begitu pikirnya
“Enak ngewe sama Adek tau!”
katanya sambil menciumku dan
mengulum mesra, lalu Mas Dikin memelukku lagi
Dan malam itu, untuk kedua
kalinya keperawananku dicabik cabik oleh keganasan kontol kuli yang sedang bergairah tinggi!.
******
Rupanya Mas Dikin memang lelaki gede-nafsu, makanya pria perkasa itu kawin muda supaya bisa menyalurkan
kebutuhan biologisnya secara rutin. Pantas saja dia sudah punya 3 anak,
karena dia ternyata pemuda seks maniak!.
Melihat wajahnya yang sedang bernafsu, ternyata sensasional..
Mas Dikin bilang dia lakukan itu
karena perasaan sayang.
Dia juga bilang sekarang aku sudah dia kawini, dan jadi pengganti istrinya karena aku pintar memuaskan
dia...
Aku jadinya tersanjung
bangga mendengar pujiannya
Padahal itu cuma rayuan gombal dia.
Aku tidak sadar bahwa aku cuma budak-nafsu tempat pelampiasan
syahwat dia saja.
--------------------------------------------
Dibolongin untuk pertama kalinya oleh kontol lelaki dewasa sampai 2 kali
berturut turut, otomatis membuat selaput otot dan jaringan syaraf di saluran anusku jebol sampai rusak parah, apalagi kontol Mas Dikin amat besar ukurannya. Tapi aku tak berani mengadukan kejadian itu pada siapapun.
Di alam bawah sadar, aku merasa perbuatan Mas
Dikin ini salah dan tak wajar, dan entah kenapa, aku merasa SEDIH karena DIPERAWANI seorang buruh bangunan.
Tapi, 2 hari kemudian ketka aku sedang kumpul dengan orang tua dan kakak-kakakku nonton TV, Mas Dikin celingukan memperhatikan
aku dari jauh.
Eehh, Ayahku malah ngomong: “Edwin, itu
Dikin cari kamu”
Ketika aku beranjak mendekati Mas Dikin, kakakku juga ngeledek: “Iya
tuh, pacar kamu kangen”
Orang tuaku dan kakak2ku tidak
pernah tahu bahwa Mas Dikin rupanya sudah begitu terobesi oleh tubuh mungilku yang mulus.
Dan malam itu juga aku diseret oleh Mas Dikin ke kamar belakang dan tubuhku dipakai untuk melampiaskan nafsu hewaniahnya
dan menyenangkan kontolnya.
Ya..., kontol, perlambang kejantanan lelaki
yang biasa dia kentotkan ke vagina istrinya, saat itu mendapat kenikmatan baru
dari lubang pantatku, anak majikan dia.
Mas Dikin menyetubuhi aku tanpa belas kasihan, hanya serangai kebinatangan
yang terlihat. Ia menaiki tubuh kecilku dengan napsu badaniah yang tak terelakkan. Kedua kakiku terganjal oleh sepasang pahanya yang kekar sementara pemuda gagah
itu menggerakkan kontolnya dan memompa, dan memompa semakin dalam dan
kasar.
Kami, dua mahluk manusia yang
tak berpengalaman ini meningkatkan harmoni pergerakan tubuh kami yang sama-sama telanjang dalam dalam keadaan gancet.
******
Mungkin pada awalnya Mas Dikin cuma keburu nafsu dan hanya coba-coba,
sehingga awalnya pria perkasa itu masih agak risih berhubungan sex dengan
sesama lelaki yang masih bocah.
Hal itu memang dirasakan oleh semua lelaki yang baru pertama kali mencoba bersodomi dengan sesama
lelaki.
Walau benak dia tak mengijinkan, tapi napsu birahi DIMENANGKAN diatas
segalanya.
Pernah ketika baru pulang sekolah, aku dicegat oleh Mas Dikin, lalu aku digiring ke bagian belakang rumah yang sepi dan celanaku langsung dipelorotkan kebawah.
Bang Burhan dan Mas Tono memperhatikan semua saat aku digiring oleh Mas
Dikin.
Kemudian dibalik pohon yang rimbun, sambil membekap mulutku supaya tidak bersuara, aku disodomi habis2an dari belakang oleh Mas Dikin sambil berdiri, sementara aku meratap-ratap merasakan kentotan kontolnya yang perkasa.
Heran....!.
Keperkasaan Mas Dikin ternyata
mampu merubah perasaan takut-ku lama kelamaan terganti oleh rasa sayang terhadap dia, seorang buruh bangunan.
Betul-betul hebat kuli ini, gagah perkasa, kuat
goyangnya, gede juga kontolnya…..
******
Mungkin karena “bantuan” kontol Mas Dikin yang sering menyodokku, aktifitas hormon di dalam tubuh
remajaku meningkat drastis beberapa hari belakangan ini. Rasanya lubang duburku tidak pernah
berstatus dalam keadaan kering belakangan ini, saking
seringnya disembur oleh semprotan pejuh dia.
Dan berkat “hadiah” cairan sperma yang sering Mas Dikin tanamkan, akupun merasa bahwa bebuluan di sekujur tubuhku mulai tumbuh dan
menyerbak.
Mas Dikin memang termasuk laki laki perkasa yang jantan.
Kantung pelir Mas Dikin terus menerus berproduksi
sebagai pabrik sperma alami untuk membuahi rahim di dalam tubuhku.
-------------------------------------------
Dalam keluguanku sebagai seorang bocah, aku bangga bisa menyenangkan kuli
cowok yang gagah itu. Gak tau kenapa, didalam pikiranku yang polos, aku merasa BANGGA dibutuhkan
oleh Mas Dikin.
Aku IKHLAS kalo lubang
pantatku dibool sesuka hati dia.
Aku begitu lugu mengira
perlakuan Mas Dikin adalah sesuatu hal yang biasa dilakukan oleh semua lelaki
dewasa terhadap bocah yang masih remaja.
Aku mengira, memang sudah seharusnya
seorang bocah remaja melayani gairah dan nafsu lelaki dewasa. Aku menduga disodomi oleh sesama lelaki
adalah perbuatan yang wajar.
Tak akan kulupakan kejantanan
Mas Dikin yang gagah walau dia membuat lubang anusku jadi bolong, longgar dan berbentuk corong akibat terlalu sering disodok
dan diaduk2 kontolnya yang perkasa.
Itulah masa masa bersejarah
yang indah, teramat indah, aku senang diperawani oleh Mas Dikin dan bangga pernah dijadikan kekasih pria perkasa
itu.
******
Pada malam terakhir sebelum ketiga kuli itu berhenti
bekerja sebagai buruh bangunan di rumahku, Mas Dikin terlihat paling bersedih akan berpisah denganku. Mungkin dia sudah jatuh cinta kepada aku yang
telah memberinya kesenangan selama seminggu.
Ternyata,
biar Mas Dikin tadinya beneran cowok
normal, tapi karena awalnya penasaran, akhirnya dia kebawa nafsu, keterusan,
lalu kecanduan dan jadi doyan ngebool lobang pantat cowok
Mungkin gara2 kebiasaannya dengan aku, Mas Dikin juga berubah jadi seorang biseks.
Gak tau mungkin di kampungnya
nanti, Mas Dikin bakal mencari mangsa untuk memuaskan hasrat tak wajar pada bocah-bocah
lugu di kampung yang pasti gampang didapat dan diperdaya.
TAMAT
UNTUK CERITA ASLI DAN CERITA LELAKI LAINNYA, COPY-PASTE LINK INI:
BalasHapushttp://ceritapanaslelaki.blogspot.com/2012/01/pria-yang-dicintai-suamiku.html
SERU DAH..
Undang aku dong, pengen baca ceritanya
Hapuspengen bgt kayak edwin fuck me please topan 19 thn bekasi 085775940593
BalasHapus